Minggu, 04 September 2011

HAJJAH TITA

Cerita ini adalah true story. Menceritakan sisi gelap dari seorang anak manusia, seorang akhwat sholeh berjilbab yang dalam kesehariannya tampak bahagia hidupnya. Telah bersuami dan beranak 3 (yang paling kecil sudah duduk di bangku SMU), akhwat ini kesehariannya mengajar pada salah satu perguruan tinggi di Bekasi. Nama akhwat (mungkin lebih cocok kalau kita sebut ibu) ini, adalah Tita Nurlaeli. Ibu hajjah yg berumur 54 tahun ini, mempunyai tubuh yang memang memancing setiap lelaki jantan untuk menggagahinya. Semok lencir, dengan kulit yang putih bersih bersinar, serta wajah jawani yang melankolis. Apalagi ibu cantik ini selalu berpakaian santun, busana muslim dengan jilbab lebar nan indah dan santun menghiasi dan menutupi aurat kepalanya. Cantik nian ummi sholehah ini.
Setiap tahunnya ibu Tita harus menghadapi kenyataan pahit, melayani pria-pria hidung belang yg haus seks dan pelecehan akhwat sholeh. Pria-pria kaya raya yang senang sekali mempermainkan Ny. Tita secara seksual. Ibu Tita tidak mempunyai pilihan lain kecuali menuruti apa kemauan pria-pria ini, karena kalau tidak maka dipastikan akan hancurlah rumah tangga ny. Tita karena semua rahasia film dan adegan2 seksual yang pernah dilakoni ny. Tita diluar nikah, akan disebarluaskan ke publik. Padahal adegan2 seksual tersebut, sudah sangat lama terjadi, yaitu pada tahun 1998, ketika dirinya untuk pertama kali dalam hidupnya yang selalu taat dan patuh pada suami dan agamanya itu, tergelincir ke lembah perselingkuhan dengan seorang pria keturunan. Lelaki itu, Abaw, adalah pemilik perusahaan supplier komputer yang sedang mengikat kontrak dgn Universitas tempat Ny. Tita mengajar. Entah mengapa, Ny. Tita bisa terlena oleh rayuan ulung Abaw, lelaki keturunan yg 3 tahun lebih tua darinya itu, sehingga pada suatu malam di bulan Oktober tahun 1998 itu, Ny. Tita tergolek pasrah di pelukan Abaw, penggemar akhwat-akhwat sholehah. Satu malam suntuk, tidak disia-siakan oleh Abaw, ditelanjanginya Ny. Tita sampai sebulat-bulatnya, hanya jilbab indah nan manis menutupi kepala ny. Tita saja yang tetap dibiarkannya, amboiii santunnya, amboiii manisnya. Selain itu, Hajjah Tita dibugili, ditelanjangi. Telanjang bulat, polos, indah dan santun. Aurat-aurat ny. Tita itu seakan menunggu tangan2 dan mulut lelaki untuk segera menjawili serta mencicipi organ-organ yg sehari-harinya tertutup di balik busana muslimahnya nan sopan. Tidak ayal lagi, malam itu dengan syahdunya Abaw menyenggamai sosok sintal muslimah cantik itu dengan penuh perasaan. Segala posisi dipraktekkan Abaw di kamar penuh cinta itu. Mulai dari posisi standard, doggie style, gaya gunting, gaya pangku berhadapan, dll. Hajjah Tita pun tidak ketinggalan, dibawah pengaruh pesona Abaw, muslimah taat ini patuh menjalani perintah2 Abaw. Dengan sabar Abaw mengajari akhwat sholehah ini melakukan blow job yang lembut syahdu dan lama. Seperti umumnya laki-laki, tidak suka kontolnya dihisap-hisap dengan keras2 seperti umumnya gaya pelacur2 atau di film2 BF. Santun dan taat Hajjah Tita belajar menjilati kontol laki-laki dengan perlahan. Kepala kontol Abaw hanya di jilati dengan lembut dengan sesekali dimasukkan seluruh kepala kontol itu ke mulut hajjah Tita. Kepala kontol itu hanya di benamkan di dalam mulut suci itu beberapa detik, dikeluarkan, dibenamkan lagi, dihisap perlahan saja, dikeluarkan dan dihisap lagi, begitu seterusnya. Amboiii mesranya. Abaw tahu, hajjah Tita baru pertama kali ini melihat kontol laki2 dewasa yang belum disunat. Untuk itu pulalah ia ajarkan hajjah Tita bermain dengan kulit kulup kontol itu dengan mulutnya. Sensasinya woooww…. Membuat Abaw terbang ke surga. Setidaknya 2 kali kontol putih Abaw yang tidak disunat itu berejakulasi dahsyat di dalam liang peranakan ny. Tita. Seonggok sperma putih kental seakan berebut masuk menerobos liang kemaluan suci Hajjah Tita. Rahim suci Tita pun seakan gembira menerima semprotan sperma Abaw dengan penuh cinta. Singkat kata malam itu Abaw habiskan untuk berasyik masyuk dengan syahdu bersama akhwat muslimah cantik tengah baya itu, bagaikan sepasang kekasih suami istri yang sedang berbulan madu. Hajjah Tita pun menuruti saja semua perintah2 Abaw, jiwa dan raga sintalnya ia serahkan sepenuh hati untuk laki2 Cina yang bukan muhrimnya itu. Sekali lagi ejakulasi di di dalam mulut kecil ny. Tita, sehingga tetesan-tetesan sperma Abaw membasahi jilbab ny. Tita di bagian bawah dagunya. Ejakulasi yang keempat, ejalkulasi terakhir saat waktu telah mendekati subuh itu, Abaw lebih kurang ajar lagi, ditampungya sperma yang muncrat dahsyat dari kontol tegar itu, di kedua cup BH nya Tita. Kemudian sebelum mereka tidur berdua, BH yang penuh sperma kental itu, dipakaikannya di dada sintal ny. Tita, sehingga tetek montok muslimah itu otomatis lengket-lengket dilumuri sperma yang tertampung di cup BH nya itu, yang ketat mesra membungkus kedua bukit susunya. Bagai kerbau dicucuk hidungnya, ny. Tita menuruti saja perintah Abaw perayu ulung, yg juga punya sedikit keahlian hipnotis itu. Ini dilakuan Abaw dengan tujuan, keesokan harinya ketika ny. Tita sudah bangun dan pulih, maka sperma di teteknya akan kering, dan memancarkan bau khas sperma. Sehingga siapapun yang duduk dekatnya di dalam angkot perjalanan pulang, akan bisa mencium bau sperma yang sangat khas itu.
Tanpa ny. Tita sadari, sebenarnya Abaw secara licik telah menyiapkan beberapa kamera dan crew nya untuk mengabadikan adegan2 syahdu di kamar villa tersebut. Sehingga sejak saat itulah ny. Tita terjebak dalam lingkaran pemerasan dan perzinahan dengan Abaw dan rekan2nya. Setiap tahun sejak thn 1998 itu, Abaw melakukan satu ritual seks dengan ny. Tita, muslimah tengah baya nan santun berjilbab ini.
Sepanjang kemauan dan perintah pria-pria ini masih dapat dilakukan Ny. Tita, walaupun sudah pasti itu melanggar norma-norma agama, tapi masih tetap dilakoni oleh Ny. Tita. Tetapi alangkah naif-nya bahwa dalam satu pertemuan tidak ada perlakuan diluar batas terhadap ibu manis ini. Bisa dipastikan dalam setiap pertemuan, ada 2 sampai 3 perlakuan yg benar-benar sudah diluar toleransi manusia yg normal. Sabar, nanti akan saya ceritakan secara detail.
Biasanya setiap habis Lebaran, Abaw, lelaki keturuan berusia 57 ini memanggil ny. Tita lewat telepon genggamnya. Dengan kode sandi yang sudah dimengerti oleh Tita, Abaw menentukan tempat dan waktu dimana Tita harus menunggu untuk dijemput.
Seperti Lebaran thn 2005 yg lalu. Tepat saat maghrib tiba, hari ke 7 Lebaran, Tita sudah siap menunggu persis di depan kasir Gramedia Bekasi. Tidak sampai lima menit kemudian, Abaw telah muncul dari jarak 10 meter, dan Tita dengan seksama mengikuti ke mana Abaw pergi yang akhirnya menuju BMW 735i yg terparkir di halaman gedung toko buku itu. Mengenakan pakaian gamis merah muda serta jilbab merah bermotif bunga-bunga putih, muslimah yg santun itu duduk di bangku belakang mobil mewah ini, di samping Abaw, yang secara kurang ajar hanya mengenakan celana pendek berbahan batik sutra tipis. Tangan kirinya merangkul pundak bu Hajjah Tita, sambil sesekali mengelus kepala akhwat soleh yang dibungkus jilbab halus berwarna merah, dengan motif bunga-bunga kecil nan cantik. Aroma cinta nan harum surgawi, kuat merasuk ruangan mobil mewah milik Abaw itu. Anugrah asmara dan birahi menggelegak di darah Abaw, mulai dari kepala hingga ke ujung kontolnya. Setahun bukan waktu yg sebentar bagi Abaw untuk menunggu saat-saat seperti ini, saat di mana seorang muslimah cantik tengah baya, nan anggun, santun dan suci, pasrah diperlakukan apa saja.
Sesampai di villa mewah yang telah dipesan Abaw di daerah Puncak, Abaw mengajak ny. Hajjah Tita menuju urang tengah yang tertutup, ber-AC, dilengkapi fasilitas TV karaoke dan lainnya. Dengan mesra tangan Abaw melingari pinggang Ny. Hajjah Tita yang sebenarnya sudah tidak terlalu ramping lagi itu. Mereka berdua bergabung dengan 3 orang lelaki lainnya. 1 orang pria keturunan Tionghoa seperti dirinya, satu pengusaha dari Ambon dan satu lagi pria kekar pejabat pemda Nusa Tenggara Timur. Dua yang disebut terakhir itu pria2 baya yang masih kekar dan berkulit hitam legam, jantan sekali meraka. Mereka rekan2 Abaw yang telah menanti mereka di villa tersebut. Abaw paling pandai membawakan acara. Biasanya acara pertama adalah ice breaking, untuk mencairkan suasana kaku antara Tita dengan 4 lelaki kaya yg sangat gemar mencabuli akhwat-akhwat soleh. Abaw memainkan lagu-lagu nostalgia di organnya, sedangkan hajjah Tita yg manis menyanyi menghibur lelaki-lelaki itu. Disela-sela Tita bernyanyi ada saja lelaki yg menghampirinya, memeluk ringan dari belakang sambil menciumi tengkuk, mengelusi kepala sambil membelai dan mengagumi jilbab sutra nan cantik itu, merabai tetek dari luar baju santunnya ataupun memeriksa dan membelai ringan bulatan daging pantat ummi santun, bidadari kecil muslimah nan taat ini.
Setelah asyik dihibur nyanyian Tita, biasanya mereka berkaraoke. Sementara itu Tita diberi tugas untuk mengambil minuman keras dan mengedarkannya ke para laki-laki itu. Tetapi Ny. Tita diharuskan melepas semua pakaiannya, dan diganti dengan bikini super mini yang hanya mampu menyembunyikan pentil daging tetek montoknya dan sedikit menutupi aurat kemaluan hajjah Tita. Amboiii seksinya ummi santun itu. Yang aneh, jilbab indah hajjah Tita harus tetap dikenakannya, sehingga masih mengesankan ibu bijak dan taat soleh. Pakaian itu hanya berupa BH bertali tipis dengan cup yang hanya mampu menampung pentil dan daerah hitam pekat puncak dari bongkahan-bongkahan daging lembut berkulit putih yang menggantung manja di dada nyonya montok ini, serta seutas tali-temali yang terikat di pinggung putih padat bu hajjah, dengan secuil kain putih nan malu-malu menutupi mulut kemaluan hajjah Tita. Saat mengedarkan minuman itu, sesekali secara bergantian, ny. Hajjah Tita dipangku para pria tadi. Diciumi, diraba-raba dan dibelai-belai seluruh bagian sensitif yang lencir dari nyonya yg sebentar lagi menopause ini. Aurat-aurat nan elok dan suci terjaga itu kini bebas dibelai, diraba, dicubiti, dicicipi, dijilati serta dicupangi oleh empat orang lelaki bukan muhrimnya itu. Seakan terhipnotis, bu hajjah Cuma bisa tersenyum malu saat diperlakukan seperti itu. Maniss sekali.
Kelemahan bu Tita ini adalah bagian teteknya. Selain ukuran dan bentuknya yang bengkak menohok ke depan, tetek ibu kenes ini terlalu sensitif terhadap rabaan lembut laki-laki. Seketika pentil montok hitam legam itu langsung membengkak tegang, seakan siap untuk dijilati dan dihisapi laki-laki.
Sessi bersanggama biasanya dimulai setelah semua lelaki itu puas bernyanyi dan minum2. Setidaknya tiap lelaki jantan itu sempat satu kali menyemburkan spermanya di liang peranakan ibu hajjah nan masih mengenakan jilbab indahnya itu. Uniknya saat bersenggama, keempat laki-laki jantan itu selalu bekerja sama melahap ummi santun ini. Saat giliran Akiang, laki2 Cina itu tidur terlentang, bu Hajjah Tita diangkat oleh ketiga laki2 lainnya dan diposisikan di atas Akiang, kemudian 3 laki2 itu menggendong Hajjah Tita naik dan turun supaya memeknya otomatis erat menjepit keluar masuk kontol Akiang.
Selesai sessi bersanggama, di mana muslimah cantik itu telah terkuras habis tenaganya, seperti biasa dimulailah sessi terakhir, yaitu sessi pelecehan bebas kreatif. Di sessi inilah biasanya ide-ide gila pelecehan seksual yang sudah diluar batas toleransi manusia normal ini terjadi. Di saat ibu bijak bidadari kecil nan santun itu telah kelelahan dan habis tenaganya inilah pesta yang sebenarnya dimulai.
Pernah dua tahun sebelumnya, muslimah cantik nan sholehah itu dipaksa bersanggama dengan anjing Doberman milik Abaw. Tetapi gagal karena mereka tidak berhasil memasukkan kontol anjing tersebut ke dalam liang kemaluan nan suci milik muslimah taat itu. Akhirnya Abaw memaksa ny. Tita, yang dalam keadaan telanjang bulat dengan aurat-aurat terpampang bebas, hanya jilbabnya santunnya saja yang menutupi aurat kepalanya, (amboii.. sungguh manis nian), menghisapi kontol Doberman yang ukurannya besar dan gempal saat dia terangsang itu. Dan saat sang Doberman orgasme, separuh mani nya muncrat di mulut ibu hajjah Tita, separuh agi ditampung Abaw di gelas, yang kemudian disemprotkan dengan alat suntik tanpa jarum ke memek ibu hajjah, masuk menjilati dinding-dinding kemaluan yg selalu dijaga oleh ny. Tita itu, terus masuk dan akhirnya bersemayan di rahim suci muslimah nan elok itu.
Sedangkan untuk acara tahun ini, malam itu, Abauw sengaja mengundang seorang ahli reflexology. Koh Tan, namanya, pria Cina berumur sekitar 60 tahun ini ahli reflexology, yg mempunyai spesialisasi organ2 tubuh akhwat. Koh Tan dibayar oleh Abaw, untuk memijat refleksi ny. Tita di bagian telapan kakinya, dengan tujuan merusak sensor syaraf penahan kencing ny Tita, tentunya ini hanya untuk sementara waktu saja.
Sebelum ritual refleksi itu dilakujan Ny. Tita dipakaikan kembali gamis indah serta semua pakaian dalamnya seperti sedia kala.Kemudian barulah ibu santun itu di refleksi oleh Koh Tan. Syahdu sekali proses refleksi itu, ny Hajjah Tita yang lemah tak berdaya itu, dipegangi kedua tangan dan kakinya oleh 4 lelaki bukan muhrimnya itu, lalu Koh Tan dapat dengan bebas memijati bagian tertentu di telapak kakinya. Proses itu hanya memakan waktu tidak lebih dari 3 menit.
Setelah selesai, Ny. Tita dipaksa minum air putih, tidak tanggun-tanggung, 3 gelas penuh dikucurkan ke dalam perut Ny. Tita, padahal secara terori, 1 gelas sudah cukup membuat kebelet dalam waktu singkat. Mereka tidak perduli lagi dengan kesehatan Ny. Tita, yang mereka pikirkan hanya memuaskan nafsu kebinatangan mereka atas tubuh montok milik ibu santun dan merangsang ini.
Benar saja, dalam dua menit, Ny. Tita merasakan kebelet yang luar biasa. Ia minta izin ke toilet untuk buang air kecil. Tetapi keempat lelaki perkasa itu melarangnya. Ny. Tita hampir menangis sambil memegangi bagian bawah tubuhnya, minta izin ingin pipis. Abaw merangkulnya sehingga ia tidak bisa lari ke kamar mandi. Abaw bahkan mengangkat gamis bagian bawah muslimah berjilbab itu, serta menangkupkan telapak tangannya di selangkangan ny. Tita, seakan-akan memancing pipis ibu nan bijak itu untuk segera keluar. Ny. Tita menangis tersedu-sedu, selain karena kesakitan akan dekapan yg terlalu erat itu, juga karena ia sangat-sangat malu dan sudah sangat2 tidak tahan untuk kencing, pepe’nya sudah sangat kebelet dan ia sebentar lagi bisa-bisa ia pipis di celana.
Abaw malah tertawa dan mengatakan bahwa itulah yg mereka inginkan. Mereka ingin melihat Ny. Tita terkencing-kencing di celana, sehingga membasahi gamis bagian bawah dari bahan lembut yg dikenakannya, bahkan sampai menetes-netes ke paha lencir Ny. Tita. Sehingga lelaki2 itu siap menyantap kencing yang menetes-netes di paha lembut itu. Sedangkan Abaw yang akan menyantap air kencing Ny. Tita langsung dari pepe’ Ny. Tita.
Belum selesai Abaw menjelaskan, Ny. Tita sudah tidak tahan lagi untuk pipis. Tubuhnya sudah tidak dapat dikontrol lagi, dan dari bagian pepe’nya terasa sesuatu yg sangat mendesak untuk keluar, tanpa dapat ditahan lagi, dan tiba-tiba Ssseeeeeerrrrrrrrrrr…………… muncratlah air kencing Tita, keluar deras dari lubang kecil di pepe’nya. Pertama membasahi celana dalam dan sebagian rok pink nya. Terus muncrat deras sampai2 membasahi dan menetes-netes ke paha Ny. Tita. Deras sekali. Erotis sekali pemandangan di ruangan itu, seorang ibu hajjah nan santun, elok, lemah lembut dan manis, berpakaian muslimah nan santun dengan jilbab indah terpasang di kepala, kini tanpa daya dipegangi oleh 4 lelaki jantan, dipermalukan dengan ditontonnya kejadian yg sangat pribadi itu, pipis. Air kencing Tita, terus mengucur, berwarna kuning keemasan, dan berbau khas sekali. Bau yang semakin merangsang para laki-laki bengis itu.
Huahahaha gelak tawa melecehkan dari kelima lelaki itu.
« Ngompol…ngompol…. Ih udah gede ngompol… »
« Ihh gak tahu malu, kencing di celana…. Harus dihukum tuh… »
Tangan kiri Abaw kini ditangkupkan di selangkangan Ny. Tita. Basah… basah… dan air kencing itu pun masih terus mengucur deras di tangan Abaw.
Kencing Ny. Tita terus mengucur tanpa bisa dikontrol oleh Ny. Tita sendiri, sehingga kini lantai tempat Ny. Tita berdiri telah basah. Kemudian dua lelaki berebutan menjilati betis dan paha Ny. Tita yang basah oleh kencing. Berebutan mereka menjilati air kencing muslimah santun nan cantik itu. Sedangkan satu lelaki terakhir, membawa gelas dan berusahan menampung sebanyak mungkin pipis ibu hajjah Tita itu. Usaha yang tidah sia-sia rupanya, setengah gelas berhasil ditampungnya. Abaw tetap memeluk keras Ny. Tita, sehingga Ny. Tita tidak bisa berbuat apa-apa.
Setelah kencing itu habis dari kemaluan akhwat berjilbab itu, sekarang giliran Ny. Tita dipaksa meminum air kencingnya sendiri. Dengan posisi menengadah ke atas, serta kedua tangan dan kaki dipegangi 4 lelaki itu, hidung ibu hajjah Tita ditutup rapat2, sehingga akhwat sholehah itu mau tidak mau haru sbernafas dari mulut. Ketika itulah setengah gelas air kencingnya sendir, diminumkan ke mulut ny. Tita, sehingga mau tidak mau, muslimat elok itu menelan semua cairan berbau dan kuning keemasan itu, kalau tidak dia akan mati tidak bisa bernafas.
Selesailah ritual suci untuk ibu hajjah Tita, akhwat cantik dan anggun, bidadari kecil dari surga, muslimah taat dan istri nan bijak itu, untuk malam itu. Selanjutnya Ny. Tita harus menunggu hingga tahun depannya, pasti akan diundang lagi oleh Abaw untuk menservis dia dan rekan2 bisnisnya itu.

HADIAH SPESIALKU BUAT RINI

Pagi Januari 2004. Hujan turun deras sekali penglihatan sedikit kabur karena kaca mobil tertutup embun yang menempel dikaca depan. AC kunyalakan walaupun udara terasa dingin menusuk tulang. Saat itu sudah jam 7.30 pagi jadi sudah tak mungkin lagi menunda untuk berangkat kekantor apalagi jam 8.00 ada janji meeting dengan client. Mobil kujalankan pelan dan hati hati, maklum jalan didepan rumah tidak begitu lebar. Dari rumah ke jalan raya tidaklah begitu jauh setelah satu tikungan kekiri maka akan kelihatan sebuah kaca spion besar warna merah diperempatan jalan dan itulah jalan raya yang akan membawa arah perjalananku menuju kantor. Persis ditikungan sebelah kiri didepan sebuah wartel seseorang melambaikan tangan meminta aku berhenti untuk minta tumpangan. Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya karena terhalang hujan yang sangat deras, tetapi mengenakan jilbab lebar warna putih yang berkibar-kibar tertiup angin.Sekilas nampak wajahnya sangat cantik,kulit kuning tinggi semampai. Mobil kupelankan, dan tanpa tunggu aba aba lagi dia lansung membuka pintu depan dan duduk disebelahku. " ma'af Om saya kehujanan, dari tadi nunggu angkot penuh melulu… ya dari pada terlambat terpaksa mobil Om ku stop, sorry ya Om ". Dia berkata polos sambil mengibaskan jilbabnya yang basah kuyup kena air hujan. Saat dia membetulkan jilbabnya di bagian depan,sekilas tanpa sengaja lehernya dan tengkuknya kelihatan, putih … bersih .. dan ditumbuhi rambut rambut halus yang mebentuk satu garis lurus ditengahnya. " Ngak apa apa kok, memang hujan hujan begini angkotnya jadi sulit, apalagi diujung jalan sana biasanya kan banjir, jadi sopir angkot jadi enggan lewat sini". Aku menjawab seadanya sambil kembali konsentrasi melihat jalan yang sudah digenangi air hujan. " Om kantornya dimana ? " dia memecah kesunyian. " Di daerah kuningan, memangnya kamu habis pulang kuliah nih? dimana ? " aku bertanya sambil melirik wajahnya. Wow rupanya seorang bidadari muda sedang duduk disebelahku, wajahnya sungguh cantik. Bibirnya tipis kemerahan, hidungnya runcing dan mancung sedangkan alis matanya hitam melengkung tipis diatas matanya yang bulat bersinar.Terhias oleh kerudung putih bersih, mengenakan jubah atyau baju panjang terusan sampai mata kaki.Dalam hati aku bertanya- tanya..wah..seperti apa nih tubuhnya kalo telanjang? Aku sedikit gugup dan kehilangan konsentrasi, mobil tiba tiba memasuki genangan air yang cukup dalam. Air terbelah dua dan muncrat kepinggir seperti gulungan ombak pantai selatan. " Hati hati Om, banyak genangan dan licin ……! Kita bisa slip nih " dia mengingatkan sambil menepuk pundakku. " I I I ii ya " jawabku sedikit tergagap. " Kamu kuliah di dimana ? " ku ulangi pertanyaan yang belum dia jawab sekedar menghilangkan rasa kaget dan gugup yang datang tiba tiba. Perempuan memang makhluk yang luar biasa, aku sudah terbiasa menghadapi banyak ragam perempuan, mulai dari yang centil di karaoke, yang kenes di bar-bar sampai mantan pacar dirumah, tetapi kok aku tiba tiba seperti menjadi seperti seekor tikus di incar kucing dihadapan seorang gadis berjilbab.Maklum...aku tak biasa bergaul dengan wanita berjilbab,terlebih mahasiswa seperti gadis di sampingku sekarang ini.Sebab menurut pengetahuanku,gadis berjilbab adalah gadis suci yang alim,bersih,dan tak ternoda. Aku merasa kehilangan bahan pembicaraan , padahal dikantor aku terkenal tukang bikin ketawa dengan omonganku yang suka ngelantur. " Di ………….. " dia menyebutkan sebuah Universitas di kota Yogya ini. didaerah Yogya Utara. " O … kalau begitu kamu bisa ikut sampai deket kaliurang nih, nanti tinggal nyambung naik metromini " Rasa gugupku mulai hilang, pengalaman sebagai tukang cipoak berhasil mengontrol dan mengembalikan rasa percaya diriku. " Makasih Om, kalau sudah sampai situ sih …… , jalan kaki juga ngak jauh kok " E ngomong ngomong kamu tinggal dimana sih, kok rasanya saya ngak pernah lihat kamu selama ini ". " Terang aja ngak pernah Om, orang aku baru pindah kok " Dulu aku sekolah di Kudus sama Ibu,tapi karena keterima kuliah di Yogya,,akhirnya kami pindahj ke Yogya" dia terdiam dan kelihatan wajahnya seperti menyembunyikan sesuatu, apalagi aku dan dia sama sekali belum berkenalan. " Oh ….. pantas aja dong, e ee nama mu siapa " aku bertanya tiba tiba agar dia tidak merasa jengah karena aku tau dia tidak mau meneruskan cerita tentang masa lalunya di Kudus sana. " Nurul Om, Nurul Khomsiyah."sesekali ia mengusap wajahnya yg masih basah kedinginan, sambil sesekali menarik baju panjangnya agar tak menempel dan mencetak bentuk tubuhnya. "Wah ………… itu betul betul sebuah nama yang pas buat kamu " aku mulai melepaskan tembakan pertama sambil tersenyum semanis mungkin, ha ha ha ha ha awas ada semut. " Ah….. Om bisa aja " dia menjawab sambil tersipu. Woooooouuuuu …………. Hatiku meronta melihat rona pipinya yang tiba tiba memerah bak awan senja diufuk barat " Awan diufuk barat merah apa kuning ya !!!!! sebodoh amatlah ………………………….. " Tolong ambilkan uang di box dibawah tape itu Khom, buat kasih pengamen. Dia menundukkan badan untuk menjangkau uang dalam didalam box , aku melirik kekiri, tiba tiba pemandangan indah terbentang disela sela jilbab panjangnya,tersingkap sehingga keliatan agak membuka kerah bajunya. BH ukuran sedang terisi dengan sempurna oleh gelembung payudara yang kelihatan tambah putih dibalik baju muslimahnya " Yang ini Om…… oup " tiba tiba dia menyadari aku sedang menatap kedua payudaranya yang kelihatan jelas dari balik kancing baju yang terbuka diurutan paling atas. " Ma af, …. iya yang itu….. yang lima ribuan " aku menjawab sambil memalingkan muka dan lansung menginjak rem karena mobil didepan berhenti tiba tiba. Tangan kanannya yang tadinya akan menutup kerah baju tiba tiba menggapai sesuatu untuk pegangan agar dia tidak terantuk ke dashboard mobil yang kurem secara mendadak. Kali ini dia berteriak kecil " Ma af Om a aa aaku ngak sengaja " tiba tiba dia menutup muka dengan kedua tangannya karena malu dan jengah, soalnya sewaktu mencari tempat berpegangan tadi, tangannya masuk kesela sela pahaku dan dia memegang sesuatu yang sedang bergerak tumbuh menjadi keras nun dibalik cd ku. Aku merasakan hentakan yang luar biasa keluar dari pangkal pahaku menjalar ke batang penis dan terus bergerak bagai kilat ke arah kepalanya, gerakan itu begitu dahsyat dan tiba tiba akibat terpegang oleh tangan halus gadis berjilbab ini.Jilbab lebar warna putih,sepadan dengan jubah muslimah warna biru tua kembang2,wow...cantik nian gadis ini. Ruisleting celana ku seperti didorong sesuatu sehingga menonjol runcing kedepan dan hapir mentok di stir mobil. Alah mak. Jan ………… kepalaku atas bawah berdenyut kencang, tetapi klakson mobil dibelakang mengejutkan aku agar segera memberi jalan. " Oi .., pacaran jangan di jalan, no pergi ke Kaliurang…" sisopir mengumpat sambil menyebutkan sebuah nama pantai yang terkenal sebagai surganya mobil goyang. Itu adalah awal perkenalanku dengan Khomsiyah, gadis Kudus mahasiswi semester 2 di Yogya ini. Semenjak itu hampir tiap pagi Khomsiyah dengan setia menunggu didepan wartel untuk berangkat bareng dengan mobilku.Wajahnya yang teramat cantik dihias jilbab yang kadang berkibar,menanbah pesona dan kecantikannya. Kami mulai bercerita tentang keadaan masing masing, rupanya dia pindah ke Yogya ikut pamannya karena orang tuanya bercerai dan Ibunya tidak sanggup membiayai sekolahnya. Di Jakarta dia hidup sangat prihatin, maklum tinggal dengan orang lain walaupun dia paman sendiri tetapi tentu saja sipaman akan lebih memperhatikan kepentingan anak serta istrinya terlebih dahulu sebelum buat si Khomsiyah.Hampir tiap hari dia hanya dibekali uang yang hanya cukup buat ongkos angkot sedangkan buat jajan dan lain lain adalah suatu kemewahan kalau memang lagi ada. Tugasku sebagai salah satu manager dengan bisa kutinggalkan 1 atau 2 jam toh ada sekretaris yang ngurusin. Aku juga tidak menegerti kenapa Rini jadi begitu dekat denganku, kami jalan bersama, nonton makan dan adakalanya dia minta dibeliin sesuatu, seperti baju ataupun parfum. Tetapi itu tidak terlalu sering yang paling dia harapkan dari aku adalah perhatian karena pernah satu hari dia terus terang bicara. " Om maaf ya kalau 2 minggu kemaren Khom ngak nemui Om dan juga sama sekali ngak ngasih kabar " dia berhenti sejenak sambil menatap aku, saat itu kami sedang berjalan dipantai parangtritis, dia memegang erat lenganku sambil menyandarkan kepalanya.Tanpa dia sadari tangan kiriku sudah berulangkali menyentuh ujung payudaranya apalagi ketika dia semakin erat merangkul. Payudara itu begitu kenyal,walah terhalang jilbab dan terbungkus jubah panjang muslimahnya, dan kelelakianku tiba tiba mulai terusik. " Memangnya ada apa " aku menjawab sambil mengajak dia duduk disebuah bangku tembok dibawah pohon kelapa. " Tadinya Rini sudah mau berhenti kuliah habisnya uang udah 2 bulan tidak dikirim,dan buat beli buku juga ngak punya ". Dia merenung sambil memandang jauh ketengah laut yang ditaburi kerlap kerlip lampu nelayan dan sesekali kelihatan lampu pesawat yang hendak turun di bandara adisucipto. " O ….. itu masalahnya, lantas kenapa kamu ngak ngomong aja sama Om " " Ngak enak Om, ntar dikirain saya matre lagi……………….." dia menjawab sambil tersenyum. " Khom.….. gini aja deh, kamu kan udah tau kalau Om mau Bantu kamu, tapi kalau kamu ngak bilang,…….. ya terang aja Om ngak tau ! iya yoh ? "" Makasih Om .. terus terang memang Khom mau minta tolong Om untuk yang satu ini. Om ngak usah mikirin mau Bantu yang lain deh, tapi aku akan berterimakasih sekali kalau Om bisa menyelamatkan kuliahku itu aja." Dia tertunduk, wajahnya begitu sendu dan sorot matanya hampa tanpa gairah. Aku begitu terenyuh melihat seorang Nurul Khomsiyah,gadis cantik berjilab yang hari harinya seharusnya dihiasi oleh tawa ceria dan penuh optimisme ternyata harus menanggung beban demikian berat. " Oup ……." Khom berteriak kecil karena kaget ketika wajahnya kutiup untuk memutus siklus lamunannya. " Om nakal ya……………….. " dia menepuk bahuku dengan mesra dan akhirnya malah memeluk aku. Bau harum tubuhnya memenuhi rongga hidungku dan membangkitkan keinginan untuk balas memeluknya. Kuraih bahu kirinya kurebah kan dia dia atas kedua pahaku, dia sedikit kaget, ingin menolak tetapi itu terjadi demikian cepatnya. Akhirnya Khomsiyah meraih tangan kiriku dan entah sengaja atu tidak tanganku didekap erat didadanya. Oooooooh …lembutnya daging itu, payudara muda yang masih segar dan ranum telah mengalirkan sensasi elektrik ribuan vol kesekujur tubuhku. Aku yakin Khomsiyah merasakan sesuatu yang bergerak menyentuh punggungnya, karena posisi tidurnya persis tepat di atas batang penisku. Aku tahu itu karea Rini berusaha mengangkat pungungnya untuk kembali duduk dan wajahnya kelihatan memerah…………malu. Tapi dengan lembut gerakan duduknya kutahan dengan menekan dadanya. " Khom … udah tidur aja ………… nih Om kipasin biar ngak gerah" aku hanya sekedar bicara karena jujur aja otakku sudah ditaburi bayangan lain yang lebih seru. Tapi kuyakinkan diriku " Ini si KHomsiyah yang sama sekali belum berpengalaman, sedikit saja kamu salah langkah akan bubar semuanya . Sabar ………….sabar, gunung ngak usah dikejar emang dia ngak pernah lari kok". Dia kembali tidur dipangkuanku dan sekarang dia malah membiarkan tanganku menelusup ke balik jilbab putihnya,menekan ke dua payudaranya. Kulihat nafasnya mulai tidak beraturan ketika pelan pelan tanganku bersentuhan dengan pucuk payudaranya. Ini adalah pengalaman pertama buat payudaranya disentuh tubuh laki laki. Walaupun itu hanya dari balik baju dan BH, tetapi buat Khjomsiyah,gadis berjilbabyg alim ini yang baru pertama merasakan, sudah membuat dia sulit bernafas karena mulai terangsang. " Khom kita pulang yok , udah jam 8 nanti pamanmu bingung dan lapor i'. Kataku sambil bercanda. " Nati aja Om…. bentar lagi, Khom masih ingin disini 2 jam lagi." dia makin erat memelukku. " Oupt …… besok besok kita bisa jalan kesini lagi, tapi kalau kamu dimarahin karena terlambat pulang, ya……….. kita akan kesulitan untuk jalan jalan lagi.". aku berkata sambil mebangunkan KHomsiyah dari pangkuanku. " Ok deh Om………. " dan secepat kilat dia mengecup pipiku…………… aku hanya bisa terdiam kaget, karena ngak nyangka. Persis kayak kagetnya Bush ketika WTC di bom Alqaedah." Lho kok bengong Om … katanya mo pulang…… ayo " Khomasiyah menarik tanganku. " Ayok……… " kami berjalan berdekapan. Hari berlalu, hari itu hari Jumat dan Rini memberitahuku agar aku menemuinya di tempat biasa kami ketemu, disebuah wartel dibawah kantorku jam 4 sore.Aku sampai disitu persis jam 4, tapi aku ngak lihat batang hidungnya si Khomsiyah, tiba tiba ada bisikan lembut dibelakang kupingku. " Surprise……………………. " aku sempat ngak percaya dengan apa yang kulihat. Seorang wanita cantik berjilbab dengan rok panjang warna hitam,berjilbab merah muda, berkaos ketat, berdiri didepanku. Pahanya yang panjang dan mulus terlihat jelas dibalik balutan rok panjangnya. Disela pahanya tergambar jelas belahan kewanitaan yang belum pernah tersentuh laki laki. Kaos ketat mempertegas beberadaan dua gunung kembar didadanya, sedangkan bagian bawah kaos yang sedikit pendek memperlihatkan kulit putih, bersih dan dihiasi sebuah tahi lalat kecil tepat di bawah pusar . Oh ………………. Sungguh pemandangan yang indah dan langka.Gadis cantik berjilbab namun....wow sexy sekali..I like it..!!! " Jangan ngliatin gitu dong Om……….! emangnya ngak pernah lihat orang pakai cantik?" Sorry, KHom ….. kamu luar biasa, membuat Om jadi linglung "." Ah jangan ngerayu ah……" " Ngak kok, hei kenapa tiba tiba kamu tampil beda begini ?" aku bertanya sambil menggamit tangannya untuk mencari tempat duduk. " E h e m……….ada yang lupa rupanya, hari Ini ulang tahun yang ke 23 lho...." Eh ingat kita lagi di wartel……. tuh lihat tuh orang orang pada mandangin kamu……."" Sorry lah ………….. , habisnya hanya dengan Om aku bisa berbagi rasa jadi jangan salahkan daku kalau ngak bisa nahan diri"." Rin , ngak enak dilihatin tuh " aku berlagak alim lah dikit. " Justru karena banyak yang lihatin Rini brani nyium Om, kalau ditempat yang sepi …….. wah bisa bahaya dong………. Dia mencubit hidungku dengan gemas.Aku bisa menduga isi fikiran orang orang disekitar kami " Lha ini bapak sama anak atau Om sama ………..pacar mudanya ya !" Mereka ngak salah, Khomsiyah adalah seorang gadis cantik yang sedang mekar, sedangkan aku adalah laki laki " Tua sih belum tapi muda udah lewat " ibarat mangga udah mengkal kata orang Betawi , udah ngak enak dirujak. Tapi waktu, tempat dan kesempatan mempertemukan kami sehingga membuat kehidupan saling mengisi dan malah sudah saling membutuhkan. Aku butuh semangat dan gairah muda yang berkobar dari Khomsiyah sedangkan dia butuh tempat berlindung yang kokoh dan teduh dari aku…………….. klop deeeeh. " Hei jangan nglamun " KHomsiyah mencubit pahaku ketika pelayan sudah berdiri tepat didepanku tapi aku tidak menghiraukannya.Kami masuk ke warung cafe sebelah,danh oh oh ……iya Mbak …….es jeruk buat aku dan klapa kopyor itu buat dia " aku memberitahu mbak pelayan sambil menunjuk Khiomsiyah. " Om …. Kalau kali ini KHom minta sesuatu boleh ngak ! " " Kenapa tidak…kalau Om sanggup pasti Om kabulkan" " Sebetulnya Rini mau memberikan satu hadiah spe buat Om tapi sebelumnya Rini minta sesuatu dulu… gimana Om ?"." Ok ngak masalah",. Jawab ku sambil mempersilahkan dia minum. " Khom tau kok, Om ngak pernah mau ngerayain HUT Om , tapi kali ini Khom minta sebagai hadih juga buat khom kita rayain ya ! ". Kulihat wajahnya sangat berharap. Betul sekali, aku mamang paling ngak suka dengan yang namanya pesta HUT gitu, jadi wajar saja kalau aku lupa hari itu aku sebetulnya ulang tahun,yang ternyata bersamaan dengan ulanmg tahun KHomsiyah. " Well …… kita mau ngerayain seperti apa, dimana degan siapa aja KHom ? " " Maksud Khom kita rayain berdua aja, gimana kalau kita cari tempat yang jauh dari keramayan agar lebih leluasa ? kayak dipantai gitu ! " belum sempat kujawab Rini sudah ngrocos lagi." Jangan kawatir, Rini tadi udah pamit mau nginap dirumah teman sama paman " Dia seperti bisa membaca jalan fikiranku. " OK apa kita mau ke Parangtritis" Jangan Om disana terlalu ramai, Rini ingin ke Kaliurang. Setelah telpon kerumah memberitahukan bahwa aku ada rapat dinas, maka kami lansung tancap gas ke Kaliurang. Disitu ada sebuah hotel yang memang sudah tidak terlalu bagus lagi karena termakan usia, tetapi sangat strategis, tempatnya dipinggir jalan raya .Setelah mandi, Khosiyah tidak lagi paklai jean ketat, tetapi rupanya dia sudah siap dengan baju panjangh muslimahnya,lengkap dengan jilbab lebar warna ungu...wow cantik nian gadis ini tidur putih setengah transparan sehingga lekuk tubuh dan tonjolan dadanya begitu jelas. " Khom Om masih penasaran kamu mau ngasih hadiah spe apa sih sama Om " aku bertanya sambil telentang ditempat tidur." Nanti ajadeh………….. Om pasti bakal tau juga " Khom merebahkan diri disamping kanan ku.Tiba tiba kami saling menghadap sehingga wajah kami hampir bersentuhan. Aroma nafasnya menerpa hidungku dan bau mulutnya yang wangi membuat gelora hasratku terpancing.Bibir gadis berjilbab ini sangaty mungilsan sensual. Kulingkarkan tangan kiriku ketubuhnya, dia diam dan malah memejamkan matanya. Pelan tapi pasti bibirku menyentuh bibir Khom dengan lembut. Khomsiyah seperti tersentak tiba tiba. Tubuhnya sedikit mengigil dan nafasnya jadi memburu. Kuhentikan gerakan bibirku persis diantara kedua bibir nya, ujung lidahku kudorong keluar sedikit demi sedikit dan bibir Ranum itu mulai kujilati dengan penuh perasaan.Aku sengaja mengontrol gerakan dan keinginan ku sedemikian rupa agar ia dapat merasakan suatu sensasi kelembutan yang membuai dan akan membuat dia terhanyut dalam kenikmatan."Tubuhnya bergetar dan posisi tidurnya tidak lagi menghadap aku tetapi bergerak telentang dalam dekapanku. "Aku segera mengecup kupingnya yg masih tertutup jilbab,sambil pelan2 tanganku menelusup ke balik jilbabnya..mencapai lehernya..mengecup kulit putih tepat leher jenjang itu.Ia mengerang " Om……. geli ………… bulu ......" Ngak papa KHom... " aku menjawab sambil terus mengerakkan bibir dan lidahku meluncur di lehernya yang jenjang. Leher mulus itu kujilat dengan lembut dan pelan, terus turun.. turun……… dan Ouh……..Baju muslimahnya tiba tiba terbuka dibagian dadanya, buah dada itu begitu ranum, kulitnya putih dan halus, disekitar putingnya berwarna coklat kemerahan, ditumbuhi bintik bintik putih halus melingkar memagari ptuing susunya yang kehitaman dan sudah berdiri egak. Sungguh satu pemandangan yang sangat indah melihat payudara gadis berjilbab dan baru pertama mengalami ransangan sexual. Bentuknya masih bulat dan padat mebuat aku tidak sanggup lagi menahan diri. Putting muda itu kuhisap dengan lembut dan tubuh ia kembali bergetar . " Oooouhhhhh Om………….. ngak tahan Om." " Ngak tahan apanya ... Ngak tau Om…………. ngak tahan aja " Kalau Khomi ngerasa sesuatu ikutin aja " aku berkata sambil memutarkan jempol dan telunjukku keputing susunya. " Om…….. terus Om………. " " Iya Khom.Tanganku makin jauh menelusup ke dalam BH di balik baju muslimahnya.Khom....Semua pakaian Khom kulucuti ...jilbab lebar kulepaskan pelan2..baju muslimahnyapun aku lepaskan dengan sangat hatiu2...begitu juga aku..kubuka opakaianku.., kami sekarang telanjang lonjong eh ………..bulat. Tubuh putih polos gadis berjilabb sekarang terhidang pasrah dihadapanku. Sementara penisku sudah mulai teler mengeluarkan cairan putih bening pertanda siap tempur.Ia kembali kudekap dengan pelan, penisku kutempatkan persis ditengah belahan vagina " Ouuuuuuuuuuuuh Om…….. KHom jadi basah Om……….." " Iya sayang ……….. Om Juga " Kugerakkan pinggulku turun naik penuh irama , pelan pelan penisku menyentuh clitoris Khomsiyah.. " A aaa duh Om………….." Cengkraman tanga Khomsiyah seperti mau merobek kulit punggungku. Dia mulai teransang dengan hebatnya, matanya sayu dan redup, bibirnya merekah setengah terbuka dan basah oleh hasrat kewanitaan yang minta dipuasi. Sementara aku mulai merasakan cairan panas mengaliri batang penisku, itu adalah cairan vagina KHom yang keluar bagaikan mata air pegunungan sukabumi., kental dan licin. Kedua tanganku mulai membelai payudara nya,kubelai-belai susu kenyal itu, denga gerakan melingkar bawah keatas dan berakhir diputingnya yang tegak berdiri. Aku menyadari ini belumlah saat yang tepat untuk melakukan penetrasi, gadis berjilbasb ini harus diberi kenikmatan puncak senggama dengan cara lain, setelah nikmat klimaks itu dia cicipi buat pertama kali didalam hidupnya, barulah hal itu akan kulakukan. Pelan pelan kedua kaki KHomsiyah kudorong kepinggir, sekarang vagina nya terbentang jelas dihadapan penisku. Bulunya sedikit kepirangan ( ngak pernah disampoin kali ) tepat diatas clitorisnya bulu tersebut membentuk lingkaran kecil seakan disiapkan buat tempat pendaratan lidahku.Aku sudah mau menjilat clitoris itu sambil menunduk tapi tiba tiba … " Om jangan dijilat ya…………… Khom pasti ngak tahan, kata teman teman kalau vagina dijilat, Khom pasti lansung klimaks……….. oooouuuuuuh padahal Khom masih kepingin lebih lama ngerasain seperti ini. " Ku urungkan niat untuk menjilat vagina yang sudah terbuka lebar tersebut. Kulit diseputar vagina itu putih dan bersih, sementara ketika bibir vagima kusibak dengan jariku, kelihatan warna merah membayang dipinggir bibir dan lubang vagina yang sekarang telah dipenuhi cairan putih bening nan wangi. Kakinya kuangkat lebih tinggi dan sedikit mengangkan sehingga bibir vagina Rini betul betul terbuka menantang penisku. " Khosiyah sayaang... … kita peting aja dulu ya………." "Peting itu apa Om…………….." " Nih . begini nih " Batang penisku kuletakkan persis ditengan tengah bibir vagina Khom dan dengan gerakkan turun naik yang berirama penisku mulai menggosok bibir vagina dan clitoris /Aku merasakan tangan Rini mulai menekan pinggulku agar batang penisku lebih erat menepel di vaginanya. Gerakkanku semakin cepat dan pingul Khom mulai turn naik seirama tarian dangdut penisku. Lendir vagina Khom semakin banyak membuat penisku dengan leluasa bergerek didekapan vaginanya. Akibat licin dan hangat, serta sensasi clitoris yang tersentuh oleh ujung penisku, aku mulai merasakan gerakan sperma menyeruak ingin menyemprot, kukendalikan diri agar airbah sperma ku jangan tumpah duluan sebelum Khom dapat kupuaskan. " Oooooooooooommmmmm Khom ngerasa melayang ……………….dan ooooouuuuuh ada yang mendesak dari bawah vaginaku………. Ohhhh apa ini kok rasanya seperti ini………………. Ooooooooooooooommm ngak tahan…..Om tolong gosokkan penisnya yang kencang………………ooooooooooouhhhhhhhhhhh dia datang ouhhhhhhhhh.. Sebelum Khomsiyah terkulai lemas karena klimaks pertamanya, akupun merasakan gerakan sperma yang tiba tiba kuat menekan dari sela sela kedua torpedoku, terus meniti batang, terus kebagian kepala dan " oooooooooooooooooOOOOOOOOuuuu sekarang tepat diujung penis OOOuuhhhh ……….. Khomsiyah..Ommmmmmmmmmmmmm lepassssssssssssssssssssssssayang……. Spermaku muncrat menyirami pusar Khomsiyah yang putih bersih, sperma itu begitu kental seperti ingus yang udah mingguan nginap dihidung., diam dan sama sekali tidak meleleh ke bawah, sekalipun dia dipinggir perut Khomsiyah yang telah tertidur pulas. Jam 12 malam kami terbangun karena lapar, tetapi sebelum bangun tiba tiba aku menyentuh payudara Khomsiyah. Akibatnya Ruar biaa………….sa . Khomsiyah lansung teransang dan mencium bibirku penuh semangat. Tak ada pilihan lain biarkan perut menunggu sebentar, toh yang bibawah perut juga kelaparan. Ciuman KHomsiyah kusambut dengan hangat, pelan tapi pasti pergumulan kembali terulang, remas berbalas remas, kecup dibalas kecup, jilat dibayar jilat, dan itulah yang saat ini sedang aku lakukan. Vagina nya kusibak dengan jariku, ujung lidahku menerobos dengan lembut menuju clitorisnya. Clitoris itu kuhisap bagaikan menghisap puncak es cream, lembut, pelan dan sedikit dijilat dengan ujung lidah. Dengan gerakan tiba tiba ia mebalikkan tubuhku sehingga dia sekarang mengangkangi kepala ku dengan vaginanya dan multnya persis berada didepan penisku. Bibir yang lembut dan basah kurasakan menyentuh lubang kecil diujung penisku" OOOuuhhh jilat terus sayang...... "I yyyyyyy aaaaaaaaaa Om tapi Om jangan diam dong ………" Aku lupa dengan tugasku karena keasyikan dihisap Lidahku kembali beraksi, kali ini sedikit menerobos kedalam vagina karena posisi ku tepat dibawahnya. KHomsiyah menggelinjang hebat………….. pahanya makin menjepit mukaku, tapi hisapan dan kulumannya dipenisku juga semakin kencang. Kupikir inilah saat nya keperawanan Rini harus kuambil. Dengan klimaks yang dia rasakan ditambah dengan ransangan yang saat ini dia alami, maka penetrasi pertama ku kedalam vagina kukira tidak akan membuat dia kesakitan. Posisi kurubah, sekarang KHomsiyah telentang tepat dibawahku, kulihat bibirnya masih berlepotan ciran bening penisku, dia mejilat sudut bibirnya dan cairan itupun besih menghilang. Kakinya terentang membuat posisi vaginanya jelas terbuka, pelan pelan kutempatkan ujung penisku dilubang vagina Rini tetapi aku masih dian. Aku ingin dia merasakan sensasi dan getaran hangat dari ujung penisku. " Oooooom ayo dong", Rini menyodorkan payudara kirinya untuk kuhisap " Mmmmm . " aku lansug menghisapnya, tubuh Khom kembali bergetar hebat dan tanpa dia sadari. Ujung runcing penisku pelan pelan telah membuka jalan masuk ke vaginanya. " Ommmm ……….. perih………" KHomsiyah mendekapku ketika batang penisku telah hampir separuh jalan menuju singasananya. Dinding vagina Khom yang masih perawan terasa menjepit dan menahan gerakan maju penisku, itu mungkin yang mambuat dia merasa sedikit perih. Kutarik penis ku dengan pelan, ujungnya kuarahkan ke Clitorisnya. Dengan gerakan mencongkel yang lembut ujung penisku beradu dengan clitorisnya. "oooouuuuuuuuOOOOOOOOOO Om aku angak tahan……….." " Oh ouhhhh masuk semua ya Om………..! rasanya sesak sekali." " Masih perih saying >>>>>" kataku berbisik dikupingnya " Ngak papa OOOmmmm terus aja" " Nih …. OOOOM tusuk ya…….." " Iya OOOOOOOOOOOm ,… yang dalam Ommmmmmmmm ." " Iya.. Om udah masuk semua nih, Khomsiyah..Khomsiyah.. ……………oh KHom……… terimaksih ya …. Sungguh nikmat sekali saya……………..ng" " Iya O………….m ini hadiah istimewa dari Khom. "Ohhhhhhhhhh Om…….. KHom ngak tahan .terus Om. yang kencang Om………… Ohhh iya Ommmmmmmmm terus . kayak itu ………..aja Ouhhhhhhhhhh

GURUKU SAYANG

Hari itu aku berangkat pagi-pagi ke sekolah. Biasa, mau nyontek PR teman. O,ya aku sekolah di SMA negeri di kota X. sekolah ini termasuk unggulan, namun bukan dalam hal akademisnya melainkan dalam hal ekskulnya. setiap pulang para siswa terlebih dahulu mengikuti ekskul hingga sore hari. Karena termasuk sekolah baru, guru yang mengajar umumnya masih muda. Mereka rata-rata tidak ada yang berumur lebih dari 30 tahun.
Jam 6 pagi aku sampai di sekolah, segera kucontek PR temanku yang terlebih dahulu datang. Tidak terasa aku mengerjakan PR hingga bel masuk berbunyi. Untungnya PRku selesai lebih dulu. Pelajaran pertama biologi. Aku sih enjoy aja mengikutinya apalagi gurunya manis, masih muda lebih tinggi sedikit dariku dengan berat badan yang ideal, dan berjilbab. Dia baru mulai mengajar 3 hari yang lalu. Kami biasa memanggilnya Bu Fira. Pagi itu Bu Fira datang memakai baju warna hitam dan jilbab dengan warna sama. Dia menggunakan jilbab selengan. Selain mengajar biologi, dia juga menjadi pengurus UKS maklum sekolah kami masih baru minim SDM.
Aku tidak konsen menerima pelajaran karena memperhatikan tubuh Bu Fira. Aku membayangkan apabila Bu Fira yang berjilbab itu telanjang. Tentu merupakan hal yang menarik apabila wanita berjilbab namun tidak berbusana. Selama ini aku hanya bisa mengkhayal bu Fira yang berjilbab telanjang di depanku. Memikirkan hal itu aku jadi ngaceng. Tak terasa pelajaran selesai kulihat jilbabnya melambai-lambai.
Pukul 1 siang “teeeeeeeeeee………….t” bel pulang berbunyi aku segera mempersiapkan diri untuk ikut ekskul. Aku menjadi kapten tim sepak bola di sekolahku. Sehingga harus bertanggung jawab pada ekskul itu. Ekskul yang kuikuti berlangsung mulai jam 2 siang hingga 4 sore.
Tak terasa sudah jam 4 sore. Semua anggota tim pulang, sedangkan aku masih ada di sekolah untuk membereskan peralatan ekskul. Memasuki sekolah, suasana terasa lain. Jika setiap pagi sangat ramai, keadaan di sore hari berbeda 180 derajat. Koridor yang tadinya ramai kini menjadi sepi.
Aku berjalan menuju gudang untuk meletakkan bola sepak. Pada saat perjalanan kembali aku melewati ruang guru. Kulirik sebentar hanya tinggal tas Bu Fira. Guru lainnya sudah pulang sedangkan dia masih di sekolah. Aku menyempatkan diri mandi di kamar mandi dekat ruang guru. Di sana hanya ada 2 kamar mandi satu untuk pria satu untuk wanita. Namun dindingnya tidak membatasi dengan sempurna, ada sekitar 30 cm celah di atas dinding yang membatasi kamar mandi itu.
Di kamar mandi bajuku tidak segera kulepas. Aku menunggu keringatku mengering. Belum selesai aku menunggu keringatku kering, terdengar suara kamar mandi sebelah terbuka. Aku hanya diam saja karena kupikir bisa mendapat pemandangan bagus. Saat mengintip aku terkejut karena ternya di sana kulihat Bu Fira, guru berjilbab yang mempunyai wajah manis seperti artis sinetron. Aku lebih terkejut lagi karena bu Fira saat itu sedang berjongkok tanpa mengenakan rok panjangnya. Terlihat roknya berada di gantungan kamar mandi. Saat itu dia memandangi gambar di ponselnya. Aku menduga dia tengah menonton bokep, karena terlihat dia tidak bias mengendalikan diri dan menggosok-gosok vaginanya. Tak kusangka walaupun berjilbab, Bu Fira sangat bernafsu. Kuabadikan masturbasi bu Fira tersebut dalam ponsel kameraku. Bu Fira tidak sampai mengerang, muungkin dia malu apabila terdengar orang lain. Walaupun berjilbab namun suka masturbasi ternyata dia masih punya malu.
15 menit setelah Bu Fira muslimah berjilbab yang “alim” itu keluar dari kamar mandi, aku selesai mandi. Kulihat foto hasil jepretanku tadi. Kulihat seeorang wanita manis berjilbab dengan tangan yang berada di vaginanya. Kulihat kakinya putih dan mulus sekali. Aku jadi ternagsang melihatnya.
Sengaja kulewati ruang guru, kulihat Bu Fira masih di sana.
Segera kuhampiri dia kemudian kuelus-elus jibab hitamnya.
“Ngapain kamu!” dia menggertak Kutunjukkan fotonya saat bermasturbasi tadi, kulihat dia sangat syok. “kalo ibu tidak mau melayani saya, foto ini akan kusebar luaskan” ancamku sambil terus mengelus-elus jilbabnya.
Dia hanya terdiam tanpa kata-kata. Kujambak jilbabnya agar dia mengikutiku menuju ruang UKS. Sesampainya di sana pintu kukunci.
“Ibu meskipun pakai jilbab ternyata libidonya tinggi yah” kataku. Kulihat air matanya hampir keluar. Segera kuperintah Bu Fira untuk mengoral kontolku. Dia menurutiku karena takut gambarnya tersebar. Kuusap-usap jilbab Bu Fira. Air matanya terlihat menetes membasahi jilbabnya. Namun aku tertawa penuh kemenangan sambil mengusap-usap jilbabnya. 15 menit kemudian kurasakan gejolak di penisku, tak mampu menahan lebih lama, spermaku keluar dengan deras. Karena kaget Bu Fira melepas kulumannya sehingga spermaku tidak hanya menodai wajah manisnya namun juga jilbabnya. Kulihat jilbabnya yang semula hitam polos kini ada motif putih karena spermaku. Namun aku belum puas. Kuperintahkan dia melepas semua bajunya namun tetap mamakai jilbabnya. Dan aku juga segera melepas bajukku. “impianku melihat Bu Fira berjilbab namun tidak berbusana akhirnya terpenuhi” kataku dalam hati.
Kulihat dugaanku tidak salah, bu Fira terlihat menantang walau telanjang tanpa melepas jilbabnya. Dadanya montok seolah minta untuk diemut. Segera kuraih dada kanannya dan kukulum dengan rakus.
“ah..ah…ah..” walau kupaksa ternyata Bu Fira menikmatinya. Kulihat wajahnya di balik jilbab ketika sedang horny, hal itu segera membuatku “ON” lagi.
Bu Fira kubaringkan di ranjang dalam UKS dan kuserbu mulut guru berjilbab itu dengan nafsunya. Sekitar 10 menit kulakukan hal itu. Kemudian kupandangi wajahnya yang masih terbalut jilbab manis sekali. Kemudian kusuruh dia menungging. Segera kutancapkan kontolku ke memeknya, rasanya semppit sekali. Kugenjot tubuh guruku sambil memegangi jilbab hitamnya. Seperti joki yang memacu kuda. Sekitar 20 menit kurasakan kontolku tidak kuat menahan sperma yang akan keluar.
“ah…………” aku berteriak bersamaan dengan keluarnya spermaku dalam memeknya. Setelah keluar semua. Kucopot jilbab guruku untuk membersihkan kontolku dan memeknya dari cairan yang keluar baik dari memeknya maupun dari kontolku. Terlihat rambutnya yang hitam sebahu yeang selama ini tersembunyidi balik jilbabnya. Aku sangat terangsang melihatnya, apalagi saat itu Bu Fira terlihat sangat menggairahkan dengan keringat di sekujur tubuhnya.
Setelah aku merasa masih mampu untuk mengocok bu Fira, kuminta dia untuk berbaring telentang. Tanpa membuang waktu segera kutusuk vaginanya. Dia terlihta sangat menikmati permainanku ini. Puas dengan posisi itu, gentian aku yang telentang, kemudian kuminta dia menggenjot kontolku dari atas. Jepitan vaginanya terasa enak sekali. Genjotannya yang liar membuatku tidak bisaertahan lama. Lima menit kemudian aku memuncratkan spermaku di lubang kenikmatan Bu Fira. Terlihat wajahnya yang manis menunjukkan ekspresi kepuasan.
Sehabis itu kami ngobrol sebentar sambil memakai baju. Aku cukup penasaran mengapa tadi waktu kuentot tidak keluar darah, dari ceritanya aku tahu walau berjilbab,dulu Bu Fira pernah nge-seks dengan pacarnya sebelum pakai jilbab. Setelah itu kami segera keluar sekolah karena takut ketahuan orang lain.
Tak terasa terdengar adzan maghrib Bu Fira kulihat segera menuju tempat parkir dan menutupi jilbabnya yang penuh sperma dengan helm sepeda motor, mungkin dia malu bila ketahuan ada sperma di jilbabnya. Akupun segera pulang dengan penuh senyum kemenangan

The Pussy Flashers

"Wow, that was pretty exciting," Susan said when he had disappeared. "I didn't realize what a randy sod you are, Deph. You wouldn't think that you only started frigging around today."
"Maybe, but I've been feeling like it for weeks. You know, I could easily let some bloke have a proper eyeful of my fanny, without any knickers in the way, I mean. They may as well be off, because they're saturated in any case. I'm really juicing up."
"Me too, but I don't know that I could just flash my fanny in cold blood as it were. Once we pull some bloke though, no problem."
"Tell you what, let me take my knickers off and the next decent guy who comes along, you flash him your knickers. If he shows the same interest as the last one and we can get him talking, I'll flash him my bare fanny."
With that Deph removed her sodden panties and put them into her shoulder bag. Sitting there with her fanny exposed to the cooling breeze she felt desperate to masturbate again and would probably have done so but for the fact that another "victim" was approaching. Just as she was about to slip her hand up her skirt Susan nudged her and pointed down the path where a young man in his twenties was strolling towards them, dressed in jeans and a t-shirt.
Deph quickly assumed a neutral non provocative pose while Susan sprawled her legs all over and, just to make sure she was noticed, began to run a finger under the elastic of her knickers leg as if it was too tight and was cutting into her. The guy couldn't fail to notice and his eyes nearly popped out of his head as he drew level with the girls.
"Got an itch, darling?" he said, eyes fixed on Susan's knickers. "It's usually easier to satisfy if you just take them off."
"Yes, that's what my friend here said. But I'm a bit more reserved than she is."
"Reserved! Bloody hell. I can nearly see everything you've got. And your knickers are fucking soaking wet, you little tart. If you're reserved what the hell she likes is?" he pointed towards Deph.
"Why don't you look and see?" Deph chimed in and, pulling her skirt up a couple of inches, she opened her legs a little to display the full charms of her neat pubes. The guy swallowed hard, as if not quite believing what he was seeing and was momentarily lost for words.
"Do you like what you see?" Deph said, idly fingering around the opening to her slit. "You could see a lot more if you wanted to. All you have to do is to let us have a look at your cock and maybe wank it off for you. We want to see how hard it gets and how much spunk you can shoot."
"Christ, don't you wear knickers," he gasped. "I mean walking around like that with a tiny skirt on, anybody could see your cunt at almost any time. You could get raped or anything."
"Actually I like to wear a lot less than this. I prefer to be naked. If you play ball with us, maybe I'll show you everything." He looked closely at her nipples which were protruding through the thin fabric of her vest and licked his lips.
"Where did you have in mind?" he croaked.
"Follow us," said Susan, "but before we go I seem to have lost a bit of my reserve. I think I'll take my knickers off as well. Would you like to carry them for me?" she said slipping them down over her thighs and over her ankles before throwing them over to the guy. Deph noticed that Susan's fanny hair was a lot darker than her own but that it was neatly shaped into a tiny triangle above her slit, leaving the opening itself fuzz-free.
Susan led off, taking Deph by the arm and whispered, "I know a place down by the side of the old disused railway line. There are loads of little clearings surrounded by bushes." The young man followed, not quite believing his luck, and watching two very shapely bums wiggling provocatively in front of him, knowing that under those thin strips of material they were naked.
They soon found the place Susan was looking for and it was ideal. For a moment all three stood looking at each other, wondering who should make the next move. "Come on then, get your cock out for us to see," Susan pressed.
"Are you girls sure about this?" he asked.
"If you're shy, does this help at all?" Deph said, unbuttoning her skirt and allowing it to slip to the ground at her feet. Then she slipped her vest off over her head and stood there stark naked in front of the man. "Does this get you hard?"
Quickly he began to unbuckle his jeans and pulled them down together with his underpants in one swift, flustered movement and his semi-erect cock sprang into view. Deph took it all in, her very first cock. It was about four inches long, thick and veiny, vaguely threatening. Underneath hung a massive set of balls, covered with hair, swinging free. "It will get harder and bigger than this," he said almost apologetically. "I need to give it a bit of massage." With that he began to wank his cock ever so gently up and down as he feasted his eyes on Deph's naked body, drinking in the beauty of those lovely firm tits, pointed nipples and the promises contained between her legs. Next to Deph, Susan already had her hand up her dress and was stroking her pubes, unseen.
"Can I do that for you?" Deph asked and he nodded, dumfounded. She moved over to him and took his cock in her hand and found it to be quite knobbly. She stroked it, caressed it, fondled his balls and felt a hint of dampness at the tip. "You can feel me up as well, if you like," she said, "but that as far as you go. No fucking allowed, OK?" She stood next to him, opening her legs slightly to accommodate his eager hand and shuddered violently as his rough hands fingers penetrated her warm wetness.
Susan had now completely removed her own dress and was watching intently, fingers busily at work on her own clit and pinching her nipples and kneading her breasts with her free hand. Because Deph was so close to him, he was actually watching her masturbate and she had never felt such exhilaration. Any residual doubts now completely gone, Susan now leaned against a nearby tree, spread her legs and pulled her labia apart so that he could see almost everything he wanted of her own wet, pink slit.
Deph had by now perfected a wanking rhythm and was increasing the speed of her hand. Taking his lead from her, he also increased the speed of his own hand between her legs and Deph knew she would soon orgasm. Her legs felt wobbly again and she clamped them closed, trapping his hand likes a vice. All that did however, was to set off the inevitable contractions as she plunged headlong into an orgasm so violent that she virtually blacked out. She collapsed on the ground, her hand between her legs gripping her pulsing pussy as each successive spasm hit her. Looking up to see what the man was doing she saw him take his cock into his own hand and wank it as if he was trying to pull it off. She saw his balls tighten, his face redden and then she saw and felt the hot jets of spunk shoot out from the eyes of his cock and splatter down on her naked body, splashing her belly, tits and face with a salty, sticky solution.
Susan then groaned and, turning to watch her, they saw her also orgasm, her fingers plunging deep into her vagina as she spasmed. Almost before they could recover the man began to haul his jeans up and to make himself decent again, much to the girls' disappointment.
"Thanks, girls. That was fucking wonderful. But I'd get some clothes on if I were you. You've got to be a bit careful, you know." And with that he disappeared out of the clearing leaving the girls there, naked, looking at each other.
"Wow, how do you feel then? Deph asked Susan.
"Completely shagged out, but satisfied. Wasn't that absolutely great? Jesus, Deph, you should see yourself. You're covered in spunk."
"Mmm, yeah, I am, aren't I?" Deph replied, tasting a little of the rapidly thinning fluid dribbling across her face. She pulled her knickers out of her shoulder bag and used them, as best she could to dry herself. Not easy because her knickers were still rather damp. The smell of sex was everywhere in the clearing.
"Hell, he's gone off with my knickers," Susan said and then they both burst out laughing. "Oh well, he's welcome to them, I suppose. I'll have to be a bit careful on the way home though."
"Don't worry, I'll join you. Neither of us will wear knickers again today. Should be quite an exciting walk home. I bet we could both do with another wank by the time we get back."
They put their clothes back on, tidied themselves as best they could and set off home, acutely aware of their near nude condition, discussing the events of the day and whether they should do it all again.

Minggu, 21 Agustus 2011

AN EVENING AT THE UNION

Newcastle University was great, away from home, meeting new people and being able to do what I wanted without having to justify everything in front of my parents. I enrolled in Business Management and enjoyed both my fellow students and the course.
Apart from studying hard, I spend most of the time hanging around with my friends at the student union or in one of the many bars in Town. Each Friday night most of the students went to the student union. It was always a huge party with the large dance floor in the basement, the two bars on the ground floor and another dance floor on the top floor. Whereas the basement was known for pop and house, the top floor offered much more relaxing but also more exciting. The music was better, a much more interesting mix of various styles like industrial, dance and independent. I am not too much into music but I enjoyed it more upstairs, where the lightning wasn’t so flashy and the girls more grown-up.
That particular Friday Dan, Mike and I walked first to the sports bar on the ground floor. After a couple of pints in town we got another round of lager before we decided to check the union out. As usual most students got completely drunk in the basement and we walked upstairs. At 11:30 it was still quiet and we found a table to sit down, listening to the music, talking and checking out the girls arriving. Most of them looked average but even though, most of them had a nice body and dressed sexy, either in tops and tight jeans or short skirts. Some of them even turned up in nearly see through tops. As every Friday it was a good show and by 12 the place was crowed. Most of the girls danced in small groups, surrounded by fellow students watching them.
I got up and walked to the bar, getting another round of lager when I saw Jenny. Jenny is a cute girl from our course, a bit smaller than I, about 5′5. Her body seemed to be perfect and her tight top covered some nicely shaped breasts. She smiled at me when she saw me and I made my way through the crowed to meet her.
“Hey Jenny, how are you doing?”
“Fine Tom, and you?”
“I am great, just thirsty. I am getting another round. You want to join us?”
“Sure… I am waiting for Sandra, she should be here.”
“I haven’t seen her, Jenny.” I reply.
“She’s late, as always.”
She took my arm and we tried to get through to the bar. Pressing through the body’s was difficult. Just two bartenders to serve maybe 20 people waiting and as soon as one person was leaving, he was replaced by two new students. Jenny guided us the way through to the bar since girls always got some space, where as I was pressed and pushed all the time. Jenny turned around to me and I saw her smile…
“We’re nearly there… what you get?”
“Three pints of lager.”
Jenny turned around and took my hands and continued leading the way directly in front of the bar. I saw her great body in the tight beige jeans and the red tank-top; I saw the straps of the red bra, her neck, her short black hair. Something happened in the back of the students waiting at the bar. I got pushed against Jenny violently, getting in contact with her body… but she just looked at me, took my arms around her waist, holding me and leaning against me. I was surprised but said nothing, instead enjoying the feeling of her body.
Than it was Jenny’s turn, she bend over the bar, talking to the Student who was working as a bartender. I have seen him a couple of times around the university but didn’t knew him. While Jenny bends over to order the drinks, I felt her pushing her bottom even stronger against me, right against my hips. I felt something awakening between my legs. Jenny got the drinks, turned around with two beers in her hands.
“You goanna help me?”
I was a bit lost, a moment ago enjoying a nice erotic pressure and now being pushed back into reality…
“Sure…” was all I could say.
She took the other two pints and this time she followed me to the place Dan and Mike were waiting.
“It was about time, Tom, we already though of deploying a SAR-Team.”
“Yeah… I am thirsty. What took you so long…?”
And then they realized Jenny was there as well. Both had a big grin and made some space so Jenny could join us. Enjoying our beers we mainly talked about your courses and whether we liked our choices, the other students and profs. A bit later Sandra arrived with another guy we didn’t know. Sandra didn’t stay long but headed off to dance not fare from us. The guy had his eyes all over Sandra’s body. Sandra was a bit taller than Jenny, about my size and had larger breasts. And judging how they bounced up and down while dancing Sandra didn’t wear a bra.
“Who’s that guy with Sandra” Mike asked Jenny.
“Some 3rd year. Studies Law, don’t know him much.” Jenny replied watching them closely.
“Always the same…” Dan said.
“What?” I asked him.
“3rd and 2nd years always get the great girls.”
Sadly I let my eyes stray from Dan to Jenny and realized she was watching me…
“Let’s go dancing” she said, taking my hand and pushing me up.
We moved on the dance floor and started dancing. Jenny stayed very close, touching me occasionally, dancing very erotic. We moved closer to Sandra and that guy. It seemed to me that Jenny was up to something but I didn’t know what nor did I care… dancing with Jenny was great and I just wanted to enjoy this experience. Jenny didn’t only get us closer to Sandra but she also danced much closer to me, contact wasn’t occasionally anymore but constant and I felt how hard I got…
Jenny started to embrace me; I felt her breath on my neck and the bulge in my jeans pressing against her body. While dancing even closer, while feeling my erection growing, her lips touched my ears… some air was blown over my skin, it felt like electricity. Soon she started biting and moaning softly in my ear while I had the feeling that an organ was storming through my body and that my manhood would rip the jeans apart. The lack of space was uncomfortable but this strong erotic feeling… I didn’t want to miss this, didn’t want to stop.
The song stopped and Jenny used the short break to look in my eyes. I felt electrified and had the urge to kiss her. However, the decision was taken from me… Jenny kissed me softly… I looked again in her eyes and this time it wasn’t a soft kiss but we locked our mouths, our tongues played with each other. Ages passed… I don’t know how long we kissed but Jenny broke the kiss and dragged me to the door. Seems like she wanted to leave and I was already looking forward to it…
I followed Jenny but she turned left into the first floor instead of continuing the way down to the basement where the cloakroom is…
“Let’s find a place…”
“W…h...” I tried to say.
“Shhh” Jenny said, killing anything I tried to say with a wet kiss… She grabbed my jeans and dragged me to one of the conference rooms in the side wing of the student union.
“Guess we won’t be disturbed here.” Jenny sad, pushing me in this anonymous room and closing the door behind us. Apart from the streetlight which entered through the windows the room was empty apart from 4 large basic tables in the center and 12 chairs grouped around them. The walls were covered with some posters and a notice board. Nothing personal…
“Tom…” Jenny said, looking at me. Somehow her voice sounded shy, insecure…
I walked up to her and took her in my arms. I felt her arms around me, her soft kiss against my throat and then she broke contact. Jenny moved backwards to the table and took off her top and let it fall to the floor. I saw her in her bra; even though it was too dark to see the color I knew it was red. I followed her; we kissed again while my hands moved softly over her back…
Jenny pushed my t-shirt up; we had to break our kiss so she could push it over my head. She pushed me a bit back and opened the buttons of my jeans, pushing them together with my boxers down. She dropped down on her knees and I felt the soft touch of her lips… it was so exciting, I thought it was a dream and suddenly I would wake up alone in bed.
But instead of waking up I felt Jenny softly licking my hard shaft, I felt the tip of her tongue gliding over my hot flesh leaving a soft wet track. It was great, I just couldn’t believe it that she was giving me a blow job in the student union. I felt so hot, so excited and the energy waves raced through my body, the soft pressure in my balls. I knew if she continued like that I would explode shortly.
I took her shoulders and pushed her up. It was too dark to really look in her eyes. I felt like saying something but instead I kissed her on her lips, just to feel that her tongue tried to find a way between my lips to great me. I opened my mouth and our kiss was looked again.
I was standing nude, the jeans around my ankle in front of Jenny… but I didn’t care. I enjoyed her touches, her fingertips gliding over my back, her tongue playing with mine. I broke the Kiss and tried to step one step back but I fell over my own jeans hanging around my feet. Jenny started to laugh loudly.
“Shhht Jenny, someone will hear us.”
“That’s so funny Tom…”
“What?”
“You are falling down…”
“You’re making fun of me?” I said pretending to be insulted.
Jenny came next to me… I saw up her legs as she stood there… Jenny reached to her back and opened her bra, dropping it on my body. She slipped out of her shoes and started opening her jeans slowly…
“You… you’re…?”
Jenny stepped out of her jeans and let it drop next to us. She got down and kissed me and if felt her hand reaching for my hard dick. She turned around and started softly sucking my head again. Her hot, wet and soft lips felt so good. I touched her and I was nearly able to kiss her legs. I turned and started licking and kissing her soft skin. Jenny moved over my head, spreading her legs… she lowered herself and I could smell her sex, touch it with my nose, and feel the heat… I pushed my head up… touched her with my tongue… I felt a shiver as my tongue made first contact with her sex… it was wet…
I couldn’t believe it, we were here, nude, sucking and licking each other. If someone would enter… I did not care, this was better than the dirtiest dreams and sexiest fantasies I had so far.
She lowered herself even more, pressing her pussy on my mouth. I felt her soft hair, my nose touched her inner lips and it was wet… I let my tongue explore her womanhood, feeling the lips, feeling her slit; touching the outer side of the deep tunnel… it was so hot, so wet, so good.
Jenny got up and turned around, she bend over and we kissed. Her hand was touching down her legs, taking my dick and placing the head softly between her wet lips. I felt her softness and slowly she pressed herself on my phallus. I was feeling this wet tight, hot passage which my flesh penetrated and it was feeling so good. I let out a soft moan… I touched her tits and started to play with her hard nipples. She was riding me softly crazy…
“Ahhh…” Jenny moaned softly…
I was breathing loudly… I didn’t know how long we making love on the floor but I felt the pressure building up…
“I…. i’mmm….”
Jenny cut me off again with a deep kiss and her moves became faster as her tongue penetrated my mouth while she rocked faster and faster on my dick. I felt my balls tighten under her pumping; I felt my juices racing through my body while waves were pulsing from my head through the stomach into my hips. I was shaking when I felt my orgasm building up. Then I just exploded deep inside of her… letting out a load moan… while Jenny still kissed me and continued riding me.
She came slowly to a stop; we were just holding each other while I tried to recover. I felt my penis shrinking deep in her. She was so wet…
“Let’s go.”
“Back?”
“No…” Jenny sad… “Where ever you want.”
We dressed and walked hand in hand back to the corridor. It was 1:30 and the people were still dancing. We walked down to the basement and got our jackets. Hand in Hand we walked slowly back to our halls of residence. We walked past Security to our Tower. Jenny was living on the 7th floor where as my room was on the 3rd floor.
“It’s up 4 more floors, mine or yours Tom…?” Jenny asked me… “Mines got a nice view in the morning, we can see the sun rising.”
“Let’s get up another 4 floors” I say with a smile.
“If you can wait that long?”
We kissed and I felt her hands on my jeans again. She pushed me down on the stairs and she opened the buttons, pushing down the jeans and slowly taking my soft dick in her mouth. She slowly sucked my, while I rested, softly stroking her hair.
I felt my dick harden again, it was so good. Suddenly we heard a door, than steps, someone was walking up the stairs.
“Jenny?” I asked her…
“Hmmm” was all I heard… Jenny continued sucking me but faster. I felt my head pressing against her throat. She was moving faster, taking me deeper; I felt her tongue under my shaft, her hands playing with my balls…
The person came closer... but the steps weren’t fast…
“Jenny... h… hurrry…” I moaned while feeling the pleasure of her mouth but being afraid of someone catching us.
The steps came closer… soon that person would stand in front of us, seeing Jenny in front of me, giving me a blow job. But this feeling made me even more excited, the feeling, the idea someone could walk into us… and I exploded.
Jenny was sucking my juices. I pushed her gentle away and got up. Jenny helped me closing the buttons and we kissed deeply tasting my seed. When the person we heard all the time coming nearer, passed us, Jenny jiggled like a small kid. It was a fellow student, completely drunk, dragging himself up the stairs. I looked at Jenny and saw some of my creamy milk flowing down her cheeks. I kissed it away and we walked the stairs up to her room…
Closing the door behind us, we pulled of our clothes as fast as possible. Jenny guided me to her bed and she spread her long legs wide. I moved down between her legs, kissing the inside, moving up slowly to her wide open lips, still wet of my cream I left there when we loved us the first time.
I moved up to her fruit, touching it softly, parting her lips and searching her clit… finding it in the wet depths, hard… I touched it softly with the tip of my tongue.
“Ahhhaaa” Jenny moaned loudly…
I touched her clit with the top of my tongue, licking it, feeling her shiver even stronger…
“Ouahhh… Toahhhh… hhhmmm…. Ahhh!”
Jenny pressed her pussy against my face… I started sucking her clit. Placed my lips softly around it, sucked the small hard clit…
“Ahhhaaa…”
I sucked harder and then let my tongue glide down into the wet depths of her passion. Jenny moaned louder…
“Tomm…”
I stop licking her, looking up in her eyes.
“Fuuuck meee pleeease…”
I moved up, turned her around and Jenny kneeled down on her knees in front of me. I moved behind her, inserting my hard cock in her wet tunnel, thrusting in and out of her while she moaned loudly. She was so wet and I hardly felt any friction. I felt just her wetness, her hot fluids coating my hard dick deep in her. It felt good and I enjoyed how she moved her hips against my body, how her buttocks rocked against me, pressing me even deeper in her… I hold her bottom in my hand, massaging her firm ass, letting my thumbs circle over the soft skin while I pumped her. Soon I felt my fluids rising again but Jenny started to shiffer, to shout, to spasm while she trusted her body against me. I felt my juice shooting through my body when she was shaken by her climax. I pumped my cum in her while she collapsed on the bed and I fell on top of her…
I woke up the next morning, I felt naked, I was naked… I saw a naked body next to me, the back of a woman with short brown hair. It wasn’t a dream… and I felt my dick coming to life. I moved a bit nearer and but my arms around Jenny, pressing my body softly against her back. I felt my dick reacting to the contact of her warm skin. Getting harder it rubbed against Jenny’s buttocks. It felt good…
Jenny seemed to enjoy it in her sleep, it seemed like her body reacted to my touches, to my rubbing. Her buttocks moved against my dick or did I press myself so hard against her? I don’t know but it seemed like she started rocking herself against my hardness and I got harder. I pressed her body harder against mine, I felt her back pressing against my chest and I felt my dick between her legs rubbing up her bottom. The heat seemed to increase, my pleasure was rising and I started to rub my hardness between her butt cheeks. I softly kissed her neck when I felt her hands gliding softly over my hips. Soft moans escaped her half closed lips when I pressed my shaft deeper…
It felt so good, it happened like two pieces just fitted together. My head pressed against her rosette and Jenny pressed softly against my dick. Slowly she pressed herself on my shaft; my helmet entered her first…
“Ahhhaaa… ahhhaaa…”
“Shooot… I… stooo… stop? I asked her moaning…
“Nooo… juuust fuuuck… meee slooow… slooowlyyy…”
I trusted gently deeper and I was overwhelmed by the heat, by this tightness. It was so dry, so hot, and so intense.
“Ahhhaaa… haaa… haaa… ahhh! Jenny pressed herself even harder against me… she seemed to shiver, to purr, like a cat.
Somehow I was gliding, thrusting deep in her and suddenly I was in, letting out a load moan.
Jenny shouted her moan out load as well… pressing herself on my shaft, burying me deep in her ass.
“Ahhhaaa…!
Jenny collapsed, pressed against me, in my arms, my cock in her anus… we both relaxed feeling my hardness deep in her.
“It’s so intense Tom…” she softly moaned…
“So hot, so hard…”
“Tom, take me…” Jenny moaned… “Cum in me”
She twisted her body, our mouths met and while we kissed we started rocking again. Slowly and then faster, each stroke increased the pace. Soon I was thrusting into Jenny and she moved against my body, I felt the energy building up in me, so differently… instead of the silky, wet and hot portal a very tight and hot tunnel… it was too much for me and I exploded instantly…