Selasa, 02 Agustus 2011

CERITA HIPNOTIS IBU MUDA BERJILBAB

Selesai beribadah berdua, yang diimami Putut sang suami tercinta, Ny. Nisa sempat menyalami dan mencium tangan Putut dengan santunnya. Selagi Putut memimpin doa, Bogel dengan kurang ajarnya membelai-belai lembut kedua tetek Ny. Nisa dari belakang, meskipun Ny. Nisa masih duduk di atas sajadahnya dan masih lengkap mengenakan mukena-nya.
Selesai mereka beribadah, Bogel menyuruh Putut untuk mengajari Nisa, maksudnya adalah memberi hukuman ke Nisa, istrinya sendiri. Kemudian Putut menyibakkan sedikit bagian samping jilbab Nisa, sehingga daun telinga sebelah kanan Nisa keluar dari jilbabnya. Lalu serta merta Putut menjewer kuping kanan Nisa yang masih duduk di lantai, kemudian menggiring istrinya itu keliling ruang tengah rumahnya sendiri, dengan Nisa yang mengerang lirih kesakitan. Belum puas, Bogel menyuruh mereka berhenti, lalu Putut disuruh menyentil kuping kanan Nisa dengan kerasnya, berulang-ulang.
Kini Bogel duduk di lantai beralas karpet, persis di depan sofa ruang tamu. Nisa dengan taat datang dipanggil dan membuka semua pakaiannya, sehingga telanjang bulat, kecuali jilbab cantik berwarna pink muda hadiah ulang tahun Nisa tahun lalu dari Putut suami tercinta. Kemudian Nisa duduk di pangkuan Bogel, sementara itu, Putut duduk di atas sofa persis di depan mereka. Kepala Nisa direbahkan ke pangkuan suami tercinta. Putut disuruh membelai-belai kepala istrinya yang masih dibungkus jilbab indah itu, sambil menyibakkan jilbab yang dikenakan tepat di telinga ny. Nisa sebelah kanan. Kemudian Bogel dengan tangan kiri membelai tetek sebelah kiri Nisa, sambil tangan kanannya mulai menyentil kuping kanan Nisa. Nisa mengerang perih. Bogel menambah kekuatan sentilannya di kuping Nisa, Nisa merintih lirih sekali. Sesekali Bogel menyibakkan jilbab di kepala Nisa supaya ia bebas menyentil kuping kanan Nisa. Terus menerus Bogel tidak bosan-bosannya menyentil sekuat tenaga kuping akhwat cantik dan lembut itu di atas pangkuan suaminya sendiri. Kuping Nisa semakin pucat dan memerah. Rintihan dan erangan Nisa semakin lirih dan tak teratur. Tidak puas, Bogel menyuruh Ikang mengambil sepatu baru Putut, dan menggunakan tapak sepatu itu untuk menghantam kuping Nisa. Nisa menangis deras, suaranya lirih tertahan, tanpa bisa melawan. Sang suami juga hanya pasrah, istri cantiknya yang lembut dan manis itu, disiksa dan dipukuli kupingnya di atas pangkuannya sendiri.
Setelah beristirahat sejenak Bogel dan Ikang mulai permainan baru. Mereka memaksa Putut menyiksa Nisa, istrinya sendiri. Ikang memberi Putut – yang hanya mengenakan celana dalam itu - minuman keras untuk memulihkan seluruh kesadarannya. Ikang kemudian menyerahkan pecut pada Putut. Sedangkan Nisa masih terikat dan tergantung di ruangan itu. Semakin cantik dan merangsang istri Putut yang semok dalam keadaan telanjang bulat, tetapi kepalanya terbungkus jilbab cantik itu, dalam keadaan tergantung di kedua tangannya. Muslimah cantik nan berjilbab itu, tergantung tanpa daya. Ikang kemudian memerintahkan Putut agar mulai memecuti istrinya, sampai mereka menyuruh Putut berhenti. Dan jika ia tidak menuruti perintah itu, Putut sendiri yang akan merasakan pecut itu sekali lagi. Putut tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah itu.
Putut mendekati tubuh Nisa yang masih tergantung. Seluruh tubuh Nisa terpampang dan dapat dipecuti oleh Putut, hanya kepalanya saja yang masih terbungkus jilbab yang membuat muslimah santun ini semakin cantik dan merangsang. Putut berbisik mohon maaf ketika dirinya makin dekat dengan Nisa dari arah belakang istrinya itu. Dengan ragu-ragu ia mengayunkan pecutnya ke paha Nisa. Nisa menjerit kesakitan, tapi Ikang berteriak agar Putut mengayunkan pecut itu lebih keras lagi. Kembali Putut mengayunkan pecutnya ke paha Nisa, yang membuat Nisa menjerit lebih keras lagi. Ikang kemudian merampas pecut itu dari tangan Putut dan menyuruh Putut membungkukan badannya. Putut terdiam. Ikang mengancam akan menghukum Putut lebih menyakitkan jika Putut tidak menuruti perintahnya. Putut berbalik dan membungkukan badannya. Ikang mengayunkan pecut tadi sekuat tenaga mengarah pada pantat Putut. Putut menjerit dan jatuh tersungkur ke lantai, tangannya menutupi bekas merah yang timbul pada pantatnya. "Bangun!" Ikang berteriak. Tubuh Putut tidak bertenaga untuk bangkit setelah pecutan yang sangat menyakitkan tadi. Ketika melihat Putut tetap berbaring di lantai Ikang mulai mengayukan pecutnya lagi. Pecut itu mendarat di perut Putut kemudian pada punggung Putut. Putut berusaha bangkit untuk menghentikan pecutan tersebut. Dan ketika ia berhasil berdiri dengan sempoyongan, Ikang menghentikan pecutannya.
Ikang menunggu hingga Putut membungkuk lagi. Pecutan yang datang lebih keras dari sebelumnya. Putut berusaha bertahan dengan menggigit bibirnya agar tidak tersungkur lagi. Ia terus menjerit kesakitan tapi tetap berdiri membungkuk. Ikang kemudian menyerahkan pecutnya kembali ke Putut dan menyuruhnya agar menggunakan tenaganya.
Putut mengambil pecut itu dan berjalan tertatih-tatih mendekati Nisa. Pantatnya terasa sangat sakit dan ia tidak ingin Ikang kembali memecutnya. Putut kemudian mengayunkan pecut sekuat tenaganya pada paha Nisa dari arah belakang. Nisa, muslimah cantik dengan jilbab di kepalanya itu, kembali menjerit dan menangis syahdu. Ikang mengangguk dan melihat Putut mengayunkan pecutnya lagi. Kembali jeritan dan erangan lirih Nisa terdengar.
Ikang kemudian menyuruh Putut memecuti Nisa dari depan. Putut menangis selain karena sakit yang dirasakannya pada pantatnya, juga karena ia menyiksa istrinya sendiri, Nisa. Putut mengayunkan pecutnya ke tetek Nisa, kali ini tidak terlalu tepat sasaran karena terkena jilbab yang menutupi sebagian dada Nisa. Tetap saja Nisa menjerit dan mengejang. Kembali pecut itu mendarat di daging tete’ Nisa. Kali ini Nisa terkejang hebat, hampir tanpa suara. Jilbab cantik itu tak dapat lagi melindungi dua bongkah daging lambut yang menggantung manja di dada muslimah nan santun ini. Selanjutnya pecut itu mengarah ke memek Nisa. Jeritan Nisa makin tinggi dan keras sekarang. Ikang membiarkan Putut memecuti puting susu dan memek Nisa untuk beberapa saat. Kemudian sepasang suami istri yang telah dibangunkan dari efek hipnotisnya, dibiarkan tergantung dalam keadaan sadar, di ruang tengah rumah mereka sendiri.
Seperti yang sudah ditunggu-tunggu para lelaki itu, akhirnya pintu depan rumah Nisa terbuka. Farah telah kembali dari sekolah, sehabis kegiatan extra kurikuler di sore itu. Ternyata manis sekali putri satu-satunya Nisa dan Putut, yang baru mekar ini. Usianya baru 16 tahun, tubuh Farah, walaupun masih terbungkus pakaian lengkap dan jilbabnya, sudah terlihat kemolekannya. Farah masih duduk di bangku kelas 2 SMU Aliyah di bilangan Bekasi. Putri manis ini terbilang siswi berprestasi di sekolahnya. Tiap tahun Farah selalu mejuarai lomba MTQ baik di sekolah maupun se-kota Bekasi.
Sore itu Farah mengenakan celana panjang berwarna putih, berbahan katun lembut dan halus. Buah pantat Farah, bagian termontok dari badan mengkalnya itu, agak terbayang menohok kebelakang, menjanjikan bongkahan daging pantat kenyal yang ada di dalamnya. Dibagian atas, Farah memakai kaos lengan panjang, seperti layaknya gadis2 berjilbab nan santun, berwarna kuning muda polos. Tetapi bentuknya yang agak ketat, memberikan bayang2 tetek perawan remaja Farah yang manja bergantung di dada. Dan di kepalanya, jilbab putih bersih santun membungkus rambut indah gadis taat ini. Manis nian Farah sore itu, ditambah lagi parfum wangi nan lembut di seluruh badannya, membuat kami semakin ngaceng berada di dekatnya.
Farah yang telah terhipnotis, kini menyalami dan menciumi satu persatu tangan dari ketiga lelaki jantan itu dengan santunnya.
Satu jam kemudian, datanglah dua orang lelaki jantan lainnya. Akiang, berusia sekitar 40 tahun, seorang keturunan Cina, yang secara kurang ajar, hanya mengenakan kaos oblong tipis dan celana pendek yang sangat pendek tetapi longgar. Lelaki satunya berkulit hitam legam, berambut keriting tak terurus, bernama Willem. Tampangnya persis seperti penyanyi Edo Kondologit. Akiang adalah pengusaha export-import yang kaya raya, penggemar akhwat2 nan santun. Sudah berkali-kali Akiang memperkosa akhwat-akhwat santun nan berjilbab. Mereka ibu rumah tangga dan mahasiswi2. Biasanya Akiang tidak puas hanya memperkosa, mencabuli atau menyiksa akhwat2 tersebut, tetapi Akiang membagi kenikmatannya dengan satu atau dua lelaki jantan lainnya.
Kali ini Akiang yang merupakan klien tetap dari Bogel dan Ikang, membawa Willem ke rumah Nisa, untuk membeli Farah, remaja putri berprestasi nan santun dan manis.
Erotis sekali pemandangan ini. Kedua orang tua Farah yang telah sadar dari hipnotis, dipaksa menonton anak gadis manis nan santun harapan mereka, terhipnotis dan siap dihidangkan kepada dua orang lelaki pembelinya. Seperti diminta Akiang, Farah pergi ke kamarnya, dan kembali membawa koleksi piagam2 penghargaan serta beberapa piala yang berhasil diraihnya sebagai siswi berprestasi. Lalu Akiang duduk di sofa ruang tamu, memangku Farah yang dengan manjanya sebelah tangannya merangkul pundak Akiang, sebelah tangan lagi memegang piala terbaiknya, dan mereka difoto oleh Willem.
Sessi berikutnya, Farah disuruh mengambil koleksi celana dalam, BH serta jilbabnya. Lalu secara bergantian, Akiang dan Willem mencobai dan mengganti celana dalam Farah yang telah dibuka celana panjangnya. Jadi Farah berdiri dengan kaos lengan panjang ketat dan jilbabnya terpasang rapih, sedangkan di bagian bawah tanpa selembar benangpun, dan sedang dibongkar pasang celana dalamnya satu persatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar