Jumat, 19 Agustus 2011

DIPERKOSA RAMAI-RAMAI

Aku dan ukhtiku berjalan cepat melewati mereka, salah seorang dari mereka mulai iseng bersiul, "Halo, berdua.. mau maen kartu bareng nggak?" aku menggeleng dengan sopan sambil terus berjalan, tiba-tiba di depan kami telah menghadang seorang pemuda bertubuh besar dan tegap, berkulit gelap dan tampak sangar, "Loe nggak kasih salam sama gue, heh?"
Aku lalu mencoba mengajak berbicara secara baik-baik sambil berharap ada orang yang lewat, tetapi tanpa kusangka pemuda itu meninju rahangku sehingga aku terjatuh, aku berusaha bangkit dan mencari kayu untuk membela diri, namun di saat yang bersamaan tendangan beruntun bersarang di kepala dan badanku, kudengar jeritan ukhtiku, sebelum dunia serasa gelap gulita.
Aku terbangun dengan kepala pening dan mengingat-ngingat apa yang terjadi, tanganku rasanya nyeri sekali, sesaat kemudian aku sadar ternyata tanganku terikat ke atas pada papan yang melintang dengan tali tambang yang kuat, aku tergantung di situ cukup tinggi, aku melihat ke bawah, dan melihat kakiku yang juga terikat tidak mencapai lantai, aku tersentak kaget menyadari tergantung dalam keadaan telanjang bulat, tanpa busana sama sekali.
Lalu kudengar erangan dan rintihan seorang cewek, yang rasa-rasanya aku mengenali suara itu, saat pandanganku mulai jernih, aku melihat ternyata aku tidak sendiri di ruangan itu, di tengah ruangan ada meja kecil, dan di atas meja tersebut tampak sesosok tubuh gadis berkulit putih dalam keadaan tubuh nyaris telanjang bulat, hanya tersisa BH yang menutup teteknya yang membukit indah, jilbab putih bersih di kepalanya, tali kutangnya telah terlepas sehingga semrawut dan menampakkan sebagian besar kulit putih mulus yang menggunung itu. Tangan gadis itu terikat di belakang punggung, meja kecil itu hanya dapat menampung punggung gadis itu, sehingga kepala gadis itu jatuh menengadah. Di depan gadis itu tampak seorang pemuda bugil sedang memeluk kedua paha gadis itu yang tersandar di pundak kiri kanannya, sambil membuat gerakan maju mundur. Suara rintihan yang kudengar berasal dari gadis itu, samar-samar masih dapat kudengar, "Ooohh... amppunnnn... akkhh... ooohhh... jangann... jangannn... oh.. sakit.."
Darahku tersirap menyadari bahwa suara itu sangat mirip ukhtiku, atau memangkah gadis yang sedang diperkosa itu ukhtiku? Aku tidak pernah melihat ukhtiku telanjang, tapi tubuh indah di atas meja itu memang seperti postur tubuh ukhtiku. Setelah beberapa saat pandanganku semakin jelas, tampaklah bahwa gadis itu memang ukhtiku! Sweater, kaos dalam, celana jeans, dan celana dalam ukhtiku tampak berserakan di lantai. Aku melihat perkosaan itu dengan marah, namun aku tak berdaya menolong karena menolong diri sendiri saja aku tidak mampu, dan entah mengapa, setelah beberapa saat melihat ukhtiku yang tak berdaya dalam keadaan nyaris bugil, tak dapat ditahan batang kemaluan pelan-pelan menegang keras.
Pria yang sedang memperkosa ukhtiku terus memompa batang kemaluannya masuk ke dalam liang kemaluan ukhtiku. Tampak ukhtiku berusaha mengatupkan pahanya namun pria itu melebarkan kaki ukhtiku sehingga berbentuk huruf V, dan terus memompa masuk dengan buas, kemudian tangannya menyentakkan BH ukhtiku dengan kasar dan tampaklah bukit kembar ukhtiku terpentang bebas, membusung menantang dan sangat menggairahkan, bahkan dalam posisi dada yang agak tertarik karena kepala ukhtiku yang menengadah ke bawah. Tetek itu masih tampak montok dan padat, pemerkosa itu terus memompa sambil tangannya meremas-remas tetek ukhtiku itu.
Tiba-tiba pintu terbuka, dan muncul sekitar 3 pemuda yang berpakaian lengkap, mereka tertawa-tawa melihat temannya sedang memperkosa ukhtiku, salah satu melihat padaku dan berkata, "Eh, lihat.. pacarnya sudah bangun!" semua mata pemuda itu tertuju padaku, "Eh... liat tuh! dia ngaceng juga... mau ngentot pacarnya... tapi keduluan, si Doel sudah duluan jebolin keperawanan pacarnya, hahaha...!"
Pemuda bugil yang sedang memperkosa ukhtiku, yang dipanggil Doel itu, menyeringai. Lalu ketiga pemuda yang baru datang itu mendekatiku, "Hei bangsat! Itu pacar kamu kan!" Aku diam saja, lalu satu tinju mendarat di perutku hingga perutku perih rasanya, "Kamu bisu ya? Akhwat itu pacar kamu bukan?" Terpaksa aku menjawab lirih dan menjelaskan kami saudara kandung.
"Oh.. kakak kamu toh... Hm.. kepengen nggak kamu ngentot kakak sendiri? Di liat dari kontol elo sih.. elo pingin.. hahaha..." Aku marah sekali, saat itu kemaluanku telah lemas kembali karena birahiku yang tak sengaja muncul tadi telah hilang. Doel rupanya telah selesai memperkosa ukhtiku, ia lalu menuntun ukhtiku yang tampak sudah lemah ke tempat kami, "Ini nih... gue mau liat kakak adik ngentotan!" katanya tertawa, kemudian ukhtiku ditampar dengan kuat, hingga ukhtiku menangis, "Elo harus kulum tuh peler adik elo, cepat! Kalo nggak gua potong peler adik elo dan pentil tetek elo!" Doel lalu melepaskan ikatan tangan ukhtiku dan mendorong ukhtiku ke arahku, dengan terpaksa ukhtiku mendekatiku yang masih tergantung, kemudian dengan ragu-ragu mulutnya menyentuh ujung batang kemaluanku, walau hanya tersentuh sedikit, aku tak dapat menahan dan batang kemaluanku perlahan-lahan menegang, "Ayo makan tuh peler! cepat!" Seorang pemuda mengeluarkan pisau lipat dari sakunya dengan sikap mengancam, terpaksa ukhtiku mulai mengulum kemaluanku dan menggerakkannya maju mundur, sehingga batang kemaluanku mengacung dengan keras sepanjang 12 cm.
"Ayo masukin batangnya ke dalam mulut sampai habis! jangan keluarin dari mulut kamu sampai gua perintahin!" Dengan ketakutan ukhtiku mengulum batang kemaluanku dalam-dalam dan menggerakkannya maju mundur, sehingga mulutnya yang mungil tampak penuh dan sesekali pipinya menggembung oleh kepala kemaluanku, tak berapa lama aku tak tahan lagi dan orgasme, ukhtiku tampak kaget merasakan cairan kental dan hangat berkali-kali menyemprot kerongkongannya, namun ia tidak berani melepaskan mulutnya dari batang kemaluanku, ia berusaha membuang spermaku walau telah banyak tertelan olehnya, beberapa tetes spermaku keluar mengalir dari bibirnya.
"Wah, adik elo payah banget! sudah kontolnya kecil, cepat keluar lagi!" pemuda-pemuda itu mengejekku lalu mereka mendekat dan menjambak rambut ukhtiku, "Elo harus liat gimana caranya!" kata salah seorang pemuda sambil menyeringai padaku. Mereka lalu membuka baju hingga bugil, keempat pemuda yang telah telanjang bulat itu lalu menelungkupkan ukhtiku di atas meja, sehingga tetek ukhtiku menempel di atas meja dan ukhtiku dalam posisi menungging, kemudian dengan buas mereka mulai memperkosa ukhtiku secara bergantian, sehingga ukhtiku menjerit-jerit dan melolong histeris, batang kemaluan mereka rata-rata besar dan panjang, sekitar 16 cm lebih, dan secara bergantian kemaluan-kemaluan itu mengaduk-aduk liang kemaluan ukhtiku yang semakin lama semakin lemas. Ukhtiku disenggamai bergantian oleh mereka berempat dengan posisi gaya anjing tersebut, kemudian mereka juga menyetubuhi ukhtiku di atas kursi.
Sambil memperkosa ukhtiku, mereka sesekali mengejekku. "Hei.. elo tau nggak kakak elo ini sebenarnya keenakan dientot sama kita-kita, buktinya memek dia basah banget nih! " kata pemuda yang dipanggil dengan nama Anto, ia berkemaluan paling besar dan panjang di antara mereka berempat, saat itu ia sedang mengerjai ukhtiku. Tangan ukhtiku kembali diikat di belakang punggung, Anto duduk di atas kursi sementara ukhtiku di atas pangkuannya dengan paha mengangkang dan posisi berhadapan. Dengan posisi duduk, tetek ukhtiku tampak sangat menggairahkan, apalagi dengan tubuhnya yang ramping, tampak teteknya tergantung indah, padat dan berisi. Lelaki yang memperkosa ukhtiku itu meremas-remas kedua belah tetek ukhtiku dengan bernafsu, kadang ia mendempetkan kedua tetek itu lekat-lekat sehingga belahan tetek ukhtiku terbentuk indah di hadapannya. Pemuda itu terus memperkosa ukhtiku dengan brutal sehingga tubuh ukhtiku tergoyang-goyang. Ukhtiku hanya dapat merintih-rintih dalam keadaan antara sadar dan tidak.
Sambil terus memompa ukhtiku, ia tertawa-tawa disaksikan teman-temannya yang tidak sabar menanti giliran, "Elo mau bukti kakak elo ini keenakan? perhatikan baik-baik nih!" ejeknya lagi padaku. Lalu tiba-tiba pemuda itu berhenti memompa ukhtiku, secara refleks ukhtiku melenguh dan mulai menggerak-gerakan pantatnya sendiri agar tetap dikocok oleh kemaluan pemuda itu, "Hahaha... elo liat kan? Kakak elo ini yang minta dientot tuh!" Pemuda itu tertawa sambil memeluk tubuh ukhtiku, tangannya mengelus-ngelus punggung putih mulus ukhtiku sementara tetek ukhtiku yang kenyal terjepit di dadanya yang berbulu. Rupanya ukhtiku mendengar perkataan itu, wajah ukhtiku tampak memerah karena malu dan marah, lalu tubuhnya diam tak bereaksi, pemuda itu menjadi marah dan menarik kuat-kuat kedua tetek ukhtiku. Satu ditarik ke atas dan satu ditarik ke bawah bergantian dengan keras sehingga ukhtiku menjerit-jerit kesakitan, "Dasar Akhwat munafik...! keenakan aja sok menderita! Gua bikin elo orgasme dan elo nggak bisa bohong bahwa elo keenakan minta diperkosa!" Dengan bernafsu kembali pemuda itu memperkosa ukhtiku, sesekali ia kembali menghentikan pompaannya, dan secara refleks kembali ukhtiku ganti menggoyangkan pantatnya maju mundur, selama beberapa saat hingga ukhtiku sadar dan dapat mengendalikan tubuhnya. Hal itu terjadi berkali-kali, bahkan saat pemuda itu mendorong tubuh ukhtiku hingga batang kemaluannya keluar dari liang kemaluan ukhtiku. Secara refleks diluar kemauan ukhtiku sendiri.
Tubuh ukhtiku kembali merapat sehingga batang kemaluan itu kembali terbenam ke dalam liang senggamanya sambil kaki ukhtiku melipat erat seolah-olah takut lepas. Pemuda itu semakin lama tampak semakin ganas memperkosa ukhtiku, hingga selang beberapa saat tampak tubuh ukhtiku berkelonjotan dan menegang, kedua kakinya mengacung lurus dengan otot paha dan betisnya mengejang, jari-jari kakinya menutup, dan nafas ukhtiku tak teratur sambil terus merintih keras dan panjang, "Ohhh... Akkkhhh... Ooohhh...!" pemuda itu semakin mempercepat gerakannya hingga akhirnya membuat ukhtiku merintih panjang, "Ohhh... " seluruh tubuh ukhtiku menegang dan menggelinjang selama beberapa detik dan aku sadar bahwa ukhtiku sedang mengalami orgasme dahsyat dan kenikmatan luar biasa. Setelah berkelonjotan sesaat, tubuh ukhtiku tumbang dengan lemas di pelukan pemerkosanya. Pemuda itu masih terus memompa ukhtiku yang telah lemas sambil nyengir senang dan berkata, "Hehe.. elo liat kakak elo ini... dia demen ngentotan juga kok... hahahaha...!"
Tiba-tiba pintu kembali terbuka, dan alangkah kagetnya aku melihat begitu banyak pemuda yang masuk, sekitar 10 orang lebih, termasuk salah seorangnya adalah pria besar tegap yang menghajarku. Tanpa banyak bicara mereka ikut menikmati tubuh ukhtiku, masing-masing pemuda itu memperkosa ukhtiku dengan posisi yang bervariasi. Rasanya semua posisi yang pernah kulihat di film biru telah mereka praktekkan semua pada ukhtiku. Khusus giliran pemuda berbadan besar yang dipanggil John itu memperkosa, ukhtiku tampak sangat menderita karena batang kemaluan John benar-benar besar dan panjang, kutaksir lebih dari 20 cm. Dalam waktu singkat tubuh telanjang bulat ukhtiku telah mengkilap basah oleh keringat dan sperma.
Entah berapa lama ukhtiku diperkosa hingga pingsan berkali-kali, namun mereka selalu menyadarkan ukhtiku lagi dengan menampar dan menyiramnya dengan air, lalu kembali memperkosa dengan brutal. Aku menutup mata tak ingin melihat penderitaan ukhtiku, tiba-tiba kurasakan batang kemaluanku terasa hangat dan dikocok-kocok, aku membuka mataku dan tampaklah seorang pemuda sedang melakukan oral seks padaku. Aku memandang jijik dan berontak tanpa hasil, tapi mau tak mau batang kemaluanku menegang juga dirangsang seperti itu. Cukup lama pria itu melumat kemaluanku hingga akhirnya aku mengalami ejakulasi, spermaku ditelan seluruhnya oleh pria itu.
Lalu ikatanku dilepas, aku dipaksa menungging di atas meja tepat bersebelahan dengan ukhtiku yang menangis dengan air mata yang telah habis, tampak ukhtiku sedang disodomi, lalu tiba-tiba kurasakan tangan-tangan kasar berusaha membuka lubang pantatku, dan serasa benda yang besar berusaha mendobrak masuk, aku menjerit kesakitan saat benda itu mulai terbenam ke dalam anusku, pinggulku dipegang oleh tangan yang kokoh, dan mulailah aku diperkosa juga. kemaluanku yang telah loyo terlempar-lempar ke berbagai arah oleh dorongan pria di belakangku, di sebelahku ukhtiku juga tengah diperkosa, tetek ukhtiku yang padat dan ranum tampak bergoyang-goyang keras, sesekali pria di belakangku meraih batang kemaluanku, meremas dan menarik batang kemaluanku dengan kuat, pria di belakang ukhtiku tanpa bosan-bosannya meremas-remas dan menarik-narik tetek ukhtiku dengan brutal, bagaikan memerah tetek sapi. Aku dan ukhtiku hanya dapat menjerit dan menangis menahan penderitaan itu.
Akhirnya aku dibiarkan jatuh ke lantai setelah disodomi dua pemuda, lalu mereka kembali beramai-ramai memompa ukhtiku, total pria yang memperkosa ukhtiku itu paling sedikit ada 15 orang. Aku terkapar tak berdaya di lantai menahan rasa sakit pada anusku, sambil melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana ukhtiku diperkosa habis-habisan.
Kini ukhtiku diletakkan di atas lantai beralas tikar, pemuda yang sedang menggilir ukhtiku melebarkan kaki ukhtiku sehingga membentuk seperti kaki kodok, dengan posisi itu ia menghujamkan batang kemaluannya yang panjang dan besar keluar masuk dengan cepat dan keras ke dalam liang kemaluan ukhtiku. Sementara salah satu pria memaksa ukhtiku mengulum batang kemaluannya, sehingga mulut ukhtiku yang mungil penuh dengan batang kemaluan besar itu, kemudian pemuda yang memperkosa ukhtiku berganti posisi, ia menduduki tubuh ukhtiku lalu meletakkan batang kemaluannya yang panjang di antara dua bukit kembar ukhtiku. Tangannya mendempetkan tetek ukhtiku hingga menjepit batang kemaluannya yang kemudian dimaju-mundurkan. Selang beberapa saat dari batang kemaluannya menyembur sperma yang menyemprot wajah dan leher ukhtiku, kemudian sisa-sisa spermanya dioleskan pada kedua buah tetek ukhtiku.
Aku menutup mataku agar tidak melihat penderitaan ukhtiku, tapi masih saja kudengar rintihan ukhtiku yang semakin lama semakin lemah, gerombolan pemuda itu tak henti-hentinya mengucapkan kata-kata kotor. "Ayo Brul... entot Akhwat ini sampai mampus! Bombardir memeknya sampai ambrol... ayo tarik toketnya... cabut jembutnya!" Tiba-tiba aku merasa tubuhku ditendang dengan keras hingga terlentang, kulihat dua pemuda gay yang tadi memperkosaku mengelilingiku, "Hm... ayo kita kerjain adiknya, hahaha..." pemuda itu berkata sambil meludahi wajahku, lalu aku dipaksa mengulum batang kemaluan salah satu pemuda itu, dengan rasa mual terpaksa kukulum juga batang kemaluan itu. Ingin rasanya kugigit batang kemaluan itu tapi aku takut mereka tidak segan-segan membunuh kami. Sementara aku merasakan batang kemaluanku dikocok-kocok oleh mulut pria yang satunya lagi, mereka mulai ingin menyodomiku lagi saat tiba-tiba pimpinan mereka John mendekat, "Sekarang giliran elo menikmati kakak elo ini... elo kan sudah banyak belajar dari tadi! Hahaha..." lalu tubuh ukhtiku yang telah lemah lunglai dicampakkan ke atas tubuhku, aku memeluk tubuh ukhtiku yang telanjang bulat, sambil membelai rambutnya aku berbisik, "Tabah ya.. Kak..." walaupun aku sendiri sangat ketakutan, ukhtiku hanya dapat mengangguk lemah sambil menangis sesunggukan.
"Hei! kalian tunggu apa? ayo ngentotan! kita pingin liat nih... yang Akhwat di atas!" seru John sambil mengacungkan parang yang membuat kami ketakutan, ukhtiku lalu menurut dan memasukkan liang keakhwatannya ke dalam batang kemaluanku yang memang telah menegang keras saat aku memeluk ukhtiku dan tetek ukhtiku yang walaupun lengket oleh sperma, tapi terasa kenyal dan hangat menekan dadaku. Aku serasa berada di awang-awang saat batang kemaluanku menembus kemaluan ukhtiku yang beberapa jam lalu masih perawan, seluruh batang kemaluanku terbenam ke liang kemaluan yang sempit itu dan aku merasa batang kemaluanku dijepit dengan kenikmatan yang tiada taranya.
"Ayo kamu goyang adik elo selama dua menit! Setelah itu angkat memek kamu, adik elo harus masih ngaceng kontolnya, kalo cepat keluar, mending kita potong dan masak kontolnya buat makanan ayam!"
Ukhtiku lalu mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun, aku tak dapat menahan sensasi yang tak pernah kurasakan itu, dan baru beberapa detik ukhtiku memompa, aku telah mengalami ejakulasi dan spermaku menyemprot keluar, tidak terlalu banyak karena aku telah mengalami orgasme tadi. Ukhtiku juga merasakan aku ejakulasi, ia kini menggoyangkan pinggulnya maju mundur agar tidak ketahuan aku telah orgasme. Ukhtiku menggunakan rambut kemaluannya yang lebat membantu untuk mengelap cairan spermaku yang meleleh keluar dari liang keakhwatannya. Sementara batang kemaluanku yang masih berada di dalam kemaluan ukhtiku perlahan mulai mengecil.
Selang dua menit, John berkata keras, "Eh.. Non, angkat memek elo! Kita mau liat kontol adik elo masih ngaceng nggak.. jangan-jangan elo pura-pura doang, ngaduk-ngaduk kontol yang sudah loyo!".
Ukhtiku menggeleng sambil menangis, "Nggakk... dia masih tegang, benar... sumpah..." ukhtiku berusaha melindungiku.
"Angkat memek elo gua bilang!" bentak John menggelegar.
Ukhtiku tetap membuat gerakan maju-mundur sambil berkata, "Jangan... saya tidak bohong... ini masih tegang..." Si John dengan kasar lalu mendorong tubuh ukhtiku hingga jatuh, ia tertawa melihat batang kemaluanku telah jatuh lemas, "Hahaha.. dasar banci! Kamu masih suka berlindung di bawah ketiak kakak Akhwat elo ya? Tapi elo masih harus muasin kakak elo... ayo kocok dan cuci memek dia sama tangan elo!"
Aku dipaksa merangkak mendekati ukhtiku, ukhtiku diperintahkan terlentang dan mengangkangkan kedua pahanya, lalu aku dipaksa memasukkan jariku ke dalam lubang kemaluan ukhtiku dan mengocoknya, "Hei.. goblok.. kalo cuma satu jari mana puas kakak elo!" Aku lalu memasukkan dua jariku ke dalam liang kemaluan ukhtiku, lalu atas perintah mereka kukocok-kocok liang kemaluan ukhtiku itu dengan kuat dan cepat, sehingga ukhtiku merintih-rintih dan kedua pahanya tampak bergetar menahan sensasi yang kutimbulkan. Memandang ukhtiku yang tidak berdaya itu. Perlahan kembali batang kemaluanku mengacung. "Nah.. elo ngaceng lagi akhirnya... ayo sekarang dua-duanya ngentotan yang panas!" Aku lalu memeluk ukhtiku sambil sesekali meremas perlahan teteknya, lalu aku kembali berbisik, "Maaf ya Kak..." ukhtiku hanya menatap kosong sambil mengangguk pelan.
"Heh! Ini bukan acara ngentot gaya kura-kura! elo berdua... ayo bercinta yang panas, kalo tidak gua bikin bakpao pantat-pantat elo!" Dengan ketakutan akhirnya aku dan ukhtiku menurut, kami lalu bergumul dengan panas di atas lantai papan itu dalam keadaan sama-sama telanjang bulat, saling merangkul dan berciuman, tanganku sesekali meremas tetek ukhtiku. Sementara tangan ukhtiku melingkari batang kemaluanku dan mengocoknya, tak pernah kubayangkan aku akan melakukan hal ini pada kakak kandungku sendiri.
Kawanan itu tertawa senang melihat kami kakak beradik bergulat dalam keadaan telanjang bulat di atas lantai, "Hei..! ini bukan film bisu! Kalian ucapin kata-kata merangsang! Cepat..!" Terpaksa kami menurutinya, "Ohh.. saya jilat tetek kakak ya? Hmmpphh... saya remas-remas ya?" kataku sambil mengulum puting tetek ukhtiku dan meremas-remasnya. "Goblok! elo maen sinetron ya? ngentotan aja kata-katanya sok sopan! Dasar tolol... dan yang Akhwat, kalo elo diam aja nanti toket elo gua cabut dari tempatnya dan pentil tetek elo gue goreng!"
Dengan ketakutan kami menurutinya, sambil terus bergumul dan saling memompa, kami terus mengucapkan serentetan kata-kata tanpa berpikir lagi, karena ngeri melihat parang John yang mengacung ke arah kami jika kami tidak bersuara. "Oh... gue entot elo, tetek elo enak.. mantap... gue entot seharian ya, Kak?" Tanpa berpikir kukeluarkan kata-kata itu, sementara ukhtiku juga menimpali tanpa berpikir, "Ahh... kontol elo... panjang... masukkin yang dalam... lebih cepat... ohh..." Mereka semua tertawa-tawa, John rupanya telah sangat terangsang melihat ukhtiku, ia mendekat dan menjambak rambut ukhtiku dan menarik ukhtiku ke dalam pelukannya, "Elo liat baik-baik goblok, gimana caranya ngentot Akhwat!" katanya padaku.
Tubuh ukhtiku lalu diangkatnya dengan mudah, dengan posisi berdiri ia menggendong ukhtiku dengan mengangkat pantat ukhtiku, terpaksa ukhtiku memeluk leher John yang tinggi kekar agar ia tidak terjatuh ke belakang, lalu dengan buas John memompa batang kemaluannya yang luar biasa panjang dan besar masuk ke dalam liang kemaluan ukhtiku. John yang besar setinggi 180 cm lebih itu memompa ukhtiku yang setinggi 157 cm dengan posisi itu dengan mudah. Batang kemaluannya dengan deras amblas keluar masuk ke dalam kemaluan ukhtiku sehingga tubuh ukhtiku terguncang hebat, teteknya terhentak-hentak naik turun. Tak berapa lama tubuh ukhtiku kembali menggelinjang dan ototnya menegang, diringi dengan rintihan panjang ukhtiku kembali mengalami orgasme hebat. John tidak berhenti dan belum mengalami ejakulasi, pompaannya semakin bertambah kuat. Ukhtiku semakin lama tampak semakin lelah dan lemah, sementara batang kemaluan John semakin hebat saja mengaduk liang kemaluannya dalam posisi berdiri. Akhirnya tanpa dapat dicegah tubuh ukhtiku jatuh lunglai ke belakang, pelukannya pada leher John lepas, John membiarkan tubuh ukhtiku jatuh tetapi ia tetap memegang kokoh pinggul ukhtiku yang sedang digoyang habis-habisan, sehingga ukhtiku terjuntai tak berdaya. Tangan dan rambutnya menyentuh lantai sementara tubuhnya masih tetap digendong dan liang kemaluannya disodok-sodok dengan kejam dan buas.
John melakukannya sambil berjalan dan tertawa-tawa, sehingga ukhtiku ikut terseret kemana ia melangkah. Setelah puas mengocok ukhtiku dengan posisi itu, John lalu mengangkat pinggul ukhtiku naik hingga ke dada. Tubuh ukhtiku kembali terangkat dengan kepala di bawah, sehingga batang kemaluan John membentur-bentur punggung mulus ukhtiku. John yang mempunyai tenaga besar itu kembali menaikkan pinggul ukhtiku hingga kemaluan ukhtiku terhidang di depan mulutnya, dengan rakus ia melumat habis kemaluan ukhtiku dengan mulutnya. Kemudian ia memutar tubuh ukhtiku sehingga kini wajah ukhtiku ditampar-tampar oleh batang kemaluannya yang besar dan sangat keras. John kembali melumat kemaluan ukhtiku dengan penuh nafsu, jari-jari tangannya juga menyodok-nyodok anus ukhtiku yang masih terjuntai pingsan, dengan posisi ini akhirnya John berejakulasi, spermanya dengan deras membanjiri wajah ukhtiku hingga ke rambut, dan menetes-netes ke lantai papan.
Setelah itu kembali ukhtiku digilir oleh teman-teman John yang lain, tidak perduli ukhtiku telah pingsan dan tidak dapat bangun lagi walaupun ditampar dengan kuat dan disiram dengan air. Setelah puas, mereka lalu mencampakkan kami ke lantai, menunggu ukhtiku sadar kembali, lalu mereka beramai-ramai mengelilingi kami dan mengencingi tubuh kami, bahkan aku dipaksa minum air kencing mereka, sementara John memaksa ukhtiku mengulum batang kemaluannya, lalu ia mengencingi ukhtiku dengan cara seperti itu dan memerintahkan ukhtiku menelan semua air kencingnya.
Akhirnya setelah puas lalu mereka menyekap kami, memberi sedikit makan dan minum dan baru melepas kami pada saat tengah malam tanpa memberi kami pakaian, terpaksa kami berjalan kaki tertatih-tatih pulang ke rumah kontrakanku yang berjarak sekitar 200 meter dari situ dengan keadaan telanjang bulat. Kami mengendap-ngendap hingga akhirnya sampai, kami merasa lega, rahasia ini tetap kami pendam, selain mereka mengancam jika melapor polisi maka kami akan dibunuh, kami juga malu menceritakan pengalaman pahit ini. Yang penting kami telah lepas dari mimpi buruk itu, sehari setelah kejadian itu aku langsung pindah rumah kontrakan ke tempat yang lebih jauh dan kami merasa bebas dari itu. Namun ternyata kami salah mengira, kejadian malam itu barulah awalnya, karena kejadian yang akan menimpa ukhtiku kemudian jauh lebih brutal lagi.
Jam telah menunjukkan pukul 10 pagi kurang 3 menit, aku terikat erat dalam keadaan babak belur dan telanjang bulat di sebuah kursi, saat itu aku sedang berada di sebuah gudang yang besar, di sekelilingku segerombolan pemuda berandalan tampak sedang berkumpul, kuhitung jumlah mereka semua ada 38 orang, rata-rata berusia sekitar 25 tahun dan tampak seperti pengangguran, beberapa di antaranya bahkan masih mengenakan seragam SMA.
Sudah semalaman aku terikat di kursi ini, masih membekas kejadian tadi malam saat seseorang mengetuk pintu rumah kontrakanku, aku membukanya dan alangkah terkejutnya karena tamu tak diundang itu adalah John, pria besar yang bersama-sama kawanannya memperkosa ukhtiku dua minggu yang lalu, tentu saja kedatangannya tidak bermaksud baik, aku langsung hendak menutup pintu tapi John langsung meninjuku, aku tak berdaya menghadapinya, dan babak belur dihajar olehnya, ia lalu mengobrak-abrik rumah untuk mencari ukhtiku, untunglah ukhtiku kebetulan sedang menginap di rumah teman, kemudian aku diseret keluar dimana sebuah mobil telah menunggu, mobil tersebut langsung meluncur menuju gudang ini, di sini aku ditelanjangi hingga bugil dan dihajar oleh mereka, tidak ada saksi mata yang melihat, sebelum meninggalkan rumah, John menuliskan besar-besar alamat gudang ini dan sebuah surat yang ditujukan untuk ukhtiku:
"Datang ke alamat ini pada pukul 10 pagi! atau adik elo bakal gua kirim ke elo dalam keadaan tercincang-cincang! Jangan lapor polisi, adik elo nggak bakal selamat kalo polisi tau! Datang dengan taksi ke daerah ini, ada sebuah gudang tua berwarna coklat, masuk ke dalam dan elo dan adik elo bakalan masih tetap hidup! Elo musti pakai jilbab, kutang dan celana dalam doang saat masuk gudang itu, jangan lupa satu tali kutang elo diturunin! lepaskan baju elo di luar dan masukkan ke dalam tong sampah! Kalo tidak tanggung sendiri akibatnya...!"
Aku meneguk ludah, berharap ukhtiku tidak akan datang, dan melapor pada polisi, dan harapanku itu tampaknya terkabul karena hingga jam 10 lewat 10 menit tidak ada tanda-tanda kedatangan ukhtiku. Biarpun aku takut menghadapi mereka, tapi aku berharap mereka tidak akan membunuhku karena tidak ada gunanya bagi mereka.
Tiba-tiba aku terkejut mendengar suara pintu gudang mendecit karena dibuka oleh seseorang, semua mata tertuju pada pintu itu, aku berharap itu adalah polisi, tetapi yang kulihat sungguh membuatku kaget, ukhtiku masuk sendirian dengan tubuh gemetar karena ketakutan, ukhtiku hanya mengenakan jilbab, BH dan celana dalam berwarna pink sehingga lekuk tubuhnya yang indah dan putih mulus terlihat jelas, apalagi tampak tali BH sebelah kanan ukhtiku telah diturunkan sesuai dengan perintah John, ukhtiku tersentak kaget melihat begitu banyak gerombolan berandalan itu, ia menjerit dan dari sudut matanya mengalir air mata saat melihatku yang terikat bugil dan babak belur, ukhtiku berdiri mematung dan menggigit bibirnya dengan tabah, sementara semua berandalan itu menatap tubuh ukhtiku yang indah sambil meneguk ludah, John yang pertama membuka suara, "Hahaha... kita ketemu lagi, dan pesta kita pasti lebih meriah sekarang! kalo elo nurutin kita, elo bakalan ikut enjoy! sekarang tutup pintu itu dan mendekat kemari, kita semua mau liat body kamu yang seksi itu!"
Ukhtiku menutup pintu, lalu mendekat dengan takut-takut dan tubuh yang semakin gemetaran, para berandalan itu mengelilinginya sambil bersuit-suit melihat tubuh ukhtiku sambil berkomentar, "Benar juga John, Akhwat ini pasti lezat buangeet! Hahaha.."
"Wah.. ternyata dia benar-benar sayang saudara ya? hahaha..." gumam teman-teman John.
"Bukan gitu... dia ke sini memang pingin diperkosa, tuh buktinya dia datang cuma pakai kutang sama celana dalam! udah gitu BH-nya juga sudah mau terlepas tuh, toketnya nggak sabar pingin dipijit rupanya! Haha... " timpal John sambil tertawa.
"Sekarang elo harus pemanasan, ayo lompat-lompat di tempat dan jangan berhenti sampai gua suruh!" John membentak ukhtiku dan mengeluarkan sebilah belati.
"Ini nggak bakalan gua pakai kecuali elo nggak nurut!"
Ukhtiku mulai menangis tersedu-sedu, tapi ia menuruti perintah John dan mulai melompat-lompat kecil di tempat, sehingga teteknya yang padat dan masih tertutup BH tampak terhentak-hentak. "Lompat lebih tinggi supaya tetek elo itu lebih sexy goyangnya!" kata John sambil tertawa, ukhtiku menurutinya dan teteknya terguncang-guncang semakin kuat, sehingga posisi BH-nya semakin turun dan puting tetek kanannya samar-samar mulai terlihat. "Wah... teteknya minta keluar tuh!" gumam para berandalan itu.
John lalu mendekat, tangannya memegang tali kutang ukhtiku yang masih melompat-lompat, dengan sekali renggut BH itu terlepas dari tubuh ukhtiku, ukhtiku terjatuh ke lantai papan karena tubuhnya tertarik, ia tersungkur dalam keadaan telanjang dada, teteknya tampak tergantung indah, padat berisi dan sangat ranum. John dengan tidak sabar merenggut celana dalam ukhtiku, sehingga ukhtiku jatuh terduduk dalam keadaan telanjang bulat, John memerintahkan ukhtiku berdiri, lalu John meremas-remas bongkahan pantat ukhtiku yang kenyal, tampak garis vertikal kemaluan ukhtiku yang sedikit membukit, kemaluan ukhtiku tampak mulus tanpa rambut sehelai pun, rupanya setelah diperkosa dua minggu lalu, ukhtiku lalu mencukur rambut kemaluannya.
"Wahh.. memeknya botak hahaha.. bagus.. sebelum ke sini dia sudah siap-siap bersihin memeknya!" kawanan itu tertawa dan mengejek ukhtiku. John lalu berkata pada kawanan gerombolan itu, "Ingat, entar kita garap gantian, satu-satu sesuai nomor yang tadi elo dapat! Yang dapat nomor terakhir nggak usah nyesal, gua yakin Akhwat ini masih kuat biar dientot sampai besok pagi! Sekarang gue duluan! gua mau nikmati Akhwat ini di udara terbuka! Elo tunggu saja di sini, kalo keluar semua nanti ada yang lihat!"
John lalu menggandeng ukhtiku keluar, di luar gudang ini memang sepi dan hanya sesekali ada mobil lewat. John membawa keluar ukhtiku sambil tertawa-tawa sementara yang lain menunggu. Setelah beberapa menit menunggu, tiba-tiba dari luar terdengar jeritan ukhtiku, "Akkhhh... Ohhh! Akkkhhh..!" aku merasa John mulai memperkosa ukhtiku dengan ganas seperti yang dilakukannya tempo hari. Jeritan itu terus terdengar sayup-sayup dan semakin lama semakin lemah, hingga akhirnya hilang. Aku menunggu dengan berdebar-debar sementara kawanan di dalam gudang tampak ikut menunggu dengan tidak sabar, dan hanya dapat meneguk ludah sambil membayangkan dapat segera menyetubuhi ukhtiku.
Setelah 30 menit, John muncul dengan bertelanjang bulat, sambil mengangkat ukhtiku yang memeluk leher John agar tidak jatuh ke belakang karena John hanya memegangi pantat ukhtiku dengan kuat, posisi yang sama ini juga dilakukan John saat memperkosa ukhtiku dua minggu lalu, tampak kemaluan John masih menyodok-nyodok dengan brutal liang kemaluan ukhtiku sambil berjalan, menyebabkan tubuh ukhtiku terguncang dan ukhtiku merintih-rintih dengan suara parau. Di hadapanku dan gerombolan itu, John terus memompa ukhtiku, tiba-tiba tampak tubuh ukhtiku bergetar hebat dan tubuhnya menggelinjang, kaki ukhtiku terangkat dan tampak otot paha dan betisnya mengencang tegang sambil dari mulut ukhtiku terdengar suara, "Ohhh..." yang panjang, ukhtiku mengalami orgasme yang hebat di pelukan John, si John terbahak-bahak saat tubuh ukhtiku tampak lemas setelah orgasme, John mengejekku, "Dulu elo liat kakak elo ini sampai pingsan gue entot, gue berani tarohan kakak elo ini nggak lebih kuat dibanding dulu!" John terus mengocok dengan brutal, dan benar saja, pelukan ukhtiku pada leher John terlepas dan kembali kejadian dua minggu lalu terulang, tubuh ukhtiku terjuntai jatuh, namun John masih terus menyodok kuat batang kemaluannya ke dalam liang senggama ukhtiku, dengan kejam ia terus mengsenggamai ukhtiku yang telah jatuh pingsan.
Akhirnya John orgasme, dan menumpahkan banyak sperma ke atas wajah dan tetek ukhtiku, sehingga wajah ukhtiku mandi sperma. Ia tertawa puas, "Hahaha... enak buanget ini Akhwat...!" Kemudian anak buah John mengambil 4 buah gelas berukuran cukup besar, mereka rupanya ingin mengumpulkan sperma mereka ke dalam gelas-gelas tersebut, entah untuk tujuan apa. Perkosaan itu terus berlanjut dengan brutal, kini tangan ukhtiku diikat di atas sebuah palang yang dapat diatur tingginya, lelaki yang mendapat giliran memperkosa ukhtiku mengatur tinggi palang sehingga posisi liang kemaluan ukhtiku tepat berada di depan kemaluannya, karena tubuh lelaki itu yang cukup tinggi, maka kaki ukhtiku tidak menyentuh lantai dan terpaksa tergantung dengan tangan terikat ke atas, ukhtiku tersadar dan menangis menahan perih pada tangannya, sementara lelaki itu mengangkat paha kanan ukhtiku dan mulai memasukkan batang kemaluannya yang besar dan panjang ke dalam liang kemaluan ukhtiku, dan mulailah ia mengocok ukhtiku tanpa ampun sambil tangan kanannya memegangi paha ukhtiku agar tetap terangkat, tangan kirinya dengan buas meremas dan memijat kedua tetek ukhtiku bergantian, puting tetek ukhtiku sesekali dicubit dengan keras, ukhtiku hanya dapat merintih-rintih dengan lemah, setelah puas dengan posisi itu.
Kini ukhtiku diikat pada kakinya dan digantung dengan kepala di bawah. Dalam keadaan tubuh ukhtiku yang terbalik itu, lelaki itu lalu memaksa ukhtiku menghisap-hisap batang kemaluannya sementara ia memperkosa liang kemaluan ukhtiku menggunakan jari-jarinya, tidak puas dengan hanya memasukkan jarinya, ia juga mengocok liang kemaluan ukhtiku menggunakan botol kecap berukuran kecil, setelah itu ia mengikat tangan ukhtiku di belakang punggung, ukhtiku dibaringkan di kasur yang telah disiapkan di lantai, lalu dengan buas tubuh telanjang bulat ukhtiku itu diperkosa habis-habisan oleh lelaki itu hingga orgasme dan menyemprotkan spermanya ke tetek ukhtiku, lalu ia juga mengumpulkan spermanya ke dalam gelas-gelas yang kosong tadi.
Tak terasa sudah 14 orang yang memperkosa ukhtiku dengan buas, sudah tiga gelas yang penuh dengan sperma, ukhtiku telah pingsan berkali-kali, namun selalu disadarkan lagi dan kembali diperkosa dengan luar biasa brutal. Aku merinding membayangkan masih ada 24 pria lagi yang menunggu giliran, ketika tiba-tiba pintu gudang terbuka dan masuk bergerombolan 6 pemuda berandalan lain, ternyata mereka juga ingin mendapat bagian memperkosa ukhtiku, John membagikan mereka nomor urut pada sebuah kertas, sehingga total pria yang akan menyetubuhi ukhtiku berjumlah 44 orang!
Giliran berikutnya tiga lelaki sekaligus maju, ukhtiku yang bertelanjang bulat di kasur dikerumuni oleh tiga lelaki yang masing-masing batang kemaluannya yang besar dan panjang telah berdenyut-denyut melihat tubuh sempurna ukhtiku, lelaki pertama langsung menancapkan batang kemaluannya ke kemaluan ukhtiku dan memompa keluar masuk dengan brutal, lelaki kedua memompa mulut ukhtiku dengan batang kemaluannya, sementara lelaki ketiga dengan rakus menyedot-nyedot kedua tetek ukhtiku yang ranum bergantian kiri dan kanan, seperti anak kecil yang sedang menyusu, sambil tangannya tak henti-hentinya meremas-remas dan memuntir tetek ukhtiku. Mereka lalu saling berganti posisi, mengalami perkosaan seperti ini, dimana kemaluan dan mulutnya dipompa serta harus menyusui tiga lelaki, tak dapat dihindari kembali tubuh telanjang bulat ukhtiku mengejang-ngejang tanda orgasme sementara dari mulut ukhtiku yang penuh dengan batang kemaluan mengeluarkan suara lirih, "Ohhh..."
Setelah ketiga orang itu puas, berikutnya dua orang pria bertubuh besar maju bersamaan, ukhtiku yang lemas diangkat pada ketiaknya oleh seorang pria hingga tetek ukhtiku tepat berada di depan mulutnya, karena tingginya tubuh pria itu, kaki ukhtiku terangkat dari lantai, dengan posisi itu pria tersebut menetek pada tetek ukhtiku dengan ganas, pria satunya tak mau ketinggalan, kedua bongkah pantat ukhtiku yang kenyal dan bundar diremas-remas sementara mulut dan lidahnya mengaduk-aduk anus ukhtiku, sesekali tangannya mengusap-ngusap paha dan punggung ukhtiku, bahkan beberapa kali dengan kasar ia menjambak rambut ukhtiku sehingga kepala ukhtiku menengadah sambil teteknya tetap dihisap dan disedot dengan buas, bahkan sesekali pentil teteknya ditarik kuat dengan gigi.
Setelah puas dengan posisi itu, lalu tubuh telanjang bulat ukhtiku diapit oleh dua tubuh mereka di atas kasur, lelaki yang di bawah memompa liang anus ukhtiku, sementara yang di atas memperkosa liang kemaluan ukhtiku tanpa belas kasihan, ukhtiku megap-megap saat wajahnya harus menempel pada dada pria yang besar dan berbulu itu, pemandangan mengenaskan itu juga di shoot oleh salah seorang pemuda yang membawa kamera, "Hehe.. elo jangan macam-macam, entar film yang kamu bintangin ini gua edarkan ke seluruh dunia, pasti jadi box office! haha.." tawa John diikuti teman-temannya. Kedua pria yang memompa ukhtiku kemudian berejakulasi hampir bersamaan, mereka kemudian menampung sperma mereka ke dalam gelas.
Pemerkosa selanjutnya mengikat tangan ukhtiku ke belakang punggung walaupun ukhtiku sudah tidak berdaya, lelaki ini adalah Anto, yang ikut memperkosa ukhtiku dua minggu lalu, ukhtiku kemudian didudukkan pada sebuah kursi, sementara Anto berdiri di belakang ukhtiku sambil tangannya bermain-main di atas tetek ukhtiku dan meremas-remasnya dengan buas. Kemudian pria itu berjongkok di depan ukhtiku dan menjilati bibir kemaluan ukhtiku dengan rakus, ia juga memasukkan dua jarinya ke liang keakhwatan ukhtiku dan mengocok-ngocok kemaluan ukhtiku itu tanpa ampun. Kegiatannya membuat kemaluan ukhtiku menjadi sangat basah, barulah kemudian batang kemaluan Anto memompa ukhtiku dengan lancar, tampak batang kemaluan itu basah berkilat oleh cairan keakhwatan ukhtiku. Ukhtiku terengah-engah seolah kehabisan nafas, lalu Anto menindih ukhtiku di atas kasur, ia menyodok-nyodokkan batang kemaluannya dengan buas hingga mengguncang-guncang tubuh ukhtiku yang telanjang bulat, sesekali ia menghentikan aktifitasnya, namun secara refleks tubuh ukhtiku yang terangsang hebat menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun agar kemaluannya terus dikocok oleh kemaluan Anto sambil mendesah dan terengah-engah, akhirnya Anto orgasme, ia mencabut batang kemaluannya dan menyemburkan spermanya di dalam mulut ukhtiku yang terpaksa harus menelan seluruh cairan kental itu.
Berikutnya seorang pria besar dengan batang kemaluan yang luar biasa besar dan panjang, sekitar 27 cm menggantikan posisi Anto, dikarenakan batang kemaluannya yang sungguh besar dan panjang, ia mengalami kesulitan memasukkan seluruhnya ke dalam liang kemaluan ukhtiku, maka ia hanya memompa hingga setengah batang kemaluannya saja yang masuk, namun gerakannya sangat cepat dan deras, batang kemaluan kuda itu membuat liang kemaluan ukhtiku yang sempit harus terbuka lebar, namun dikarenakan liang kemaluan ukhtiku telah sangat becek, batang kemaluan itu dapat masuk dan memompa dengan ganas.
Merasakan benda raksasa itu keluar masuk ke liang kemaluannya, ukhtiku mengejang-ngejang dan seluruh tubuhnya menggelinjang, suaranya parau saat merintih panjang, "Akkhhh..." setelah orgasme dengan hebat, tubuh telanjang bulat ukhtiku terkapar lemas lunglai sementara kedua belah pahanya masih sesekali bergetar merasakan sisa-sisa kenikmatan. Namun pria dengan kemaluan raksasa itu baru mulai, dengan kejam ia memaksakan batang kemaluannya masuk amblas seluruhnya ke dalam liang rahim ukhtiku, "Arrggghhh!" ukhtiku terbelalak dan melengking kuat merasakan sakit yang luar biasa, batang kemaluan pria itu adalah benda terbesar dan terpanjang yang pernah masuk ke liang kemaluannya, namun pria itu tidak mengenal kasihan dan dengan brutal terus memompa batang kejantanannya keluar masuk, testisnya yang besar juga menampar-nampar selangkangan ukhtiku, ukhtiku menangis sekuatnya dan menjerit-jerit dengan sisa tenaganya, tubuhnya terus terguncang hebat setiap kali batang kemaluan raksasa itu memasuki liang kemaluannya, "Hehe.. enakkan, heh? elo harus bersyukur karena kontol gue ini belum nembus sampai mulut elo! hahaha.." pria itu terus memperkosa sambil mengejek, tangannya yang besar meremas gumpalan tetek ukhtiku, tak berapa lama ukhtiku terkulai pingsan tak sanggup menahan pemerkosa yang sungguh brutal itu. Saat ejakulasi pria itu menyemburkan sperma yang sangat banyak membasahi wajah, tetek hingga perut ukhtiku, ia lalu mengelap spermanya ke wajah dan seluruh permukaan tubuh ukhtiku yang terlentang tak berdaya.
Berikutnya giliran dua orang pria, mereka membawa dua buah ember besar berisi air, lalu disiramkan seember air ke sekujur tubuh ukhtiku yang pingsan, ukhtiku tersadar sambil megap-megap, kemudian mereka memaksa ukhtiku menungging dengan bertumpu pada sebuah meja, ember berisi air itupun diletakkan di atas meja tersebut, kemudian mulailah salah satu pria itu memompa ukhtiku dari belakang sambil meremas-remas bongkahan pantat ukhtiku yang kenyal, pria satunya menyiksa ukhtiku dengan membenamkan kepala ukhtiku ke ember berisi air berkali-kali sehingga ukhtiku nyaris kehabisan nafas, setelah puas menyiksa ukhtiku dengan cara itu, ia kembali menyiram tubuh telanjang bulat ukhtiku dengan sisa air yang tersisa, "Supaya mulus lagi, nggak lengket-lengket sama peju elu orang!" katanya sambil tertawa.
Ukhtiku terus dipompa dengan ganas hingga teteknya yang tergantung indah bergoyang-goyang, pria yang menyiksa ukhtiku menjambak rambut ukhtiku agar wajah ukhtiku menengadah, dengan demikian tetek ukhtiku yang terlempar-lempar terlihat jelas, kawanan itu memberi semangat temannya agar memompa lebih keras karena mereka menikmati goyangan tetek ukhtiku tersebut, sambil menjambak rambut ukhtiku dengan tangan kiri, tangan kanan pria itu tak tinggal diam, ia meremas-remas dan sesekali membetot-betot tetek montok ukhtiku itu bagaikan memeras tetek sapi, sehingga ukhtiku mengerang kesakitan, kemudian pria itu duduk di atas meja dan memasukkan batang kemaluannya yang besar dan panjang ke mulut ukhtiku, sambil menggerak-gerakkan kepala ukhtiku maju mundur sehingga batang kemaluannya mengocok-ngocok mulut mungil ukhtiku yang dipaksa menganga mulutnya selebar-lebarnya hingga pria itu berejakulasi di dalam mulut ukhtiku.
Kemudian ukhtiku dibaringkan tengkurap di atas kasur, dengan kejam pria yang tadi menyiram ukhtiku memperkosa anus ukhtiku, sementara pria satunya memaksa ukhtiku mengulum batang kemaluannya, hingga akhirnya mereka berdua ejakulasi dan menyemprotkannya ke wajah, punggung, dan pantat ukhtiku, sebagian mereka tumpahkan di dalam gelas.
Pria berikutnya juga memperkosa ukhtiku dengan kejam, ia menutup kepala ukhtiku dengan kantung plastik transparan lalu menyodok ukhtiku dari belakang dengan brutal, tampak ukhtiku tersedak-sedak kehabisan nafas, untunglah sebelum ukhtiku lebih menderita pria itu telah ejakulasi, ia menyemprotkan spermanya di lantai kemudian menarik lepas plastik yang menutupi kepala ukhtiku, ukhtiku lalu dipaksa menjilati dan menelan sperma di lantai hingga bersih.
Empat gelas yang berisi sperma itu telah penuh, ukhtiku dipaksa meminum satu gelas sampai habis, gelas kedua digunakan untuk keramas dengan menumpahkannya ke atas rambut ukhtiku, kemudian paha ukhtiku dipaksa membuka selebar-lebarnya hingga tampak liang kemaluan ukhtiku yang seperti gua kecil, perlahan-lahan sperma pada gelas ketiga ditumpahkan ke dalam liang rahim ukhtiku hingga habis, hal ini dilakukan perlahan sambil mengocok-ngocok liang senggama ukhtiku agar sperma tersebut masuk seluruhnya, sperma pada gelas terakhir dioleskan ke setiap senti dari tubuh ukhtiku yang telanjang bulat hingga merata, mereka lalu melepaskanku dan menyuruhku untuk menciumi seluruh tubuh ukhtiku, kulakukan itu dengan perasaan campur aduk. Tubuh ukhtiku lengket-lengket oleh sperma hingga tidak ada lagi bagian tubuhnya yang dapat diusap dengan mulus, biarpun demikian batang kemaluanku menegang dengan keras, lalu mereka menyuruhku untuk memperkosa ukhtiku dan menumpahkan spermaku ke dalam liang senggama ukhtiku.
Ukhtiku terus diperkosa nonstop hingga digarap oleh peserta terakhir, ia tak dapat bangun lagi saat pria terakhir selesai memompanya dengan ganas, kekejaman mereka yang terakhir adalah menggantung kami berdua dengan tangan terikat ke atas, lalu kemaluan ukhtiku disumpal dengan lilin besar, mereka tertawa-tawa melihat lilin yang menyumbat kemaluan ukhtiku itu, "Sekarang elo berdua punya titit! hahaha.. malah yang punya Akhwat lebih panjang!"
Kemudian dalam keadaan tergantung dan lilin yang masih menyumbat kemaluan ukhtiku, kami dicambuk dengan sabuk kulit, mereka memecut seluruh tubuhku, sedangkan ukhtiku hanya dipecut di bagian punggung dan pantat, "Tetek elo sayang kalo dicambuk, kan besok-besok kita masih mau netek!" kata mereka pada ukhtiku sambil tertawa-tawa.
Setelah itu mereka melepaskan kami, dan sebelum memasukkan kami ke dalam bagasi mobil, mereka kembali mengencingi kami beramai-ramai. Dengan mobil itu kami dibawa kembali ke rumah kontrakan, saat itu hari telah menjelang subuh dan sedang hujan lebat, mereka menurunkan kami dalam jarak 100 meter dari rumah dan menyuruh kami berjalan ke rumah dalam keadaan telanjang bulat, terpaksa aku menggendong ukhtiku yang sudah sangat lemah dan telanjang bulat ditengah-tengah hujan, diiringi tawa mengejek mereka dari belakang, sebelum mereka pergi, sayup-sayup masih kudengar teriakan mereka kepadaku, "Ini belum selesai kawan! lain kali kakak elo itu bakal ngerasain yang jauh lebih eennaakk lagi! Suruh dia nyiapin memeknya buat nampung lebih banyak kontol! haha.. hahaha..." dan mobil itu melaju menjauh, aku berharap kali ini adalah terakhir kali kami berurusan dengan mereka. Namun entah mengapa aku memiliki perasaan buruk, bahwa mereka terus membayangi kami, khususnya ukhtiku, dan akan kembali suatu waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar