Sabtu, 09 Juli 2011

AKU DAN GADIS BERNAMA IFFA

Saat itu aku sudah bekerja di sebuah LSM di kota Bogor. Suatu saat kantor kami menerima beberapa teman dari sebuah univeritas islam negeri yang cukup ternama untuk magang. Saat itu aku diminta untuk memberikan materi magang. Ketika sedang memberikan materi aku melihat salah satu mahasiswi selalu tersenyum kepadaku. Tidak lama kemudia kamipun berkenalan. Namanya Iffa, dia mahasiswi tingkat 4, orangnya cukup manis meski tidak begitu tinggi dan juga bekerja di sebuah LSM anak



Singkat cerita aku mengajaknya untuk terlibat beberapa proyek di kantor kami. Akhirnya, selain dia terlibat dalam magang, Iffa juga terlibat di beberapa proyek yang sedang aku kerjakan. Kedekatan kami waktu cukup intim, bahkan kami sempat saling mencuri pandang beberapa kali dan berkirim SMS. Pekerjaan yang selalu membuat kami dekat saat itu adalah pada saat hendak melakukan pemantauan untuk pemilihan presiden secara langsung yang pertama kali. Saat itu aku sering mengantarnya ke tempat kos, karena pekerjaan tersebut menyita waktu hingga malam hari.

Pada suatu malam, saat itu kami hanya berdua di kantor menyelesaikan beberapa persiapan untuk penyelenggaraan simulasi pemilu.

Aku berkata ”Fa dah malam nih, mau makan malam dulu nggak?”
”Mau mas” katanya.
”Kita beli sate yuk, kamu tunggu sini, nanti aku pesankan yaa” lanjutku lagi
”Baik mas” katanya.

Saat itu aku bergegas pergi untuk membeli sate yang letaknya tidak jauh dari kantor. Dan saat kembali ke kantor, aku mencarinya karena kantor tidak terkunci dan kulihat di ruang rapat tidak ada siapapun. Aku pun menyiapkan piring dan minuman untuk kami berdua.

”Mas Farid sudah pulang toh” dia tiba-tiba keluar dari kamar mandi.
”Iya nih, makan yuk” lanjutku.

Saat itu, untuk pertama kalinya aku menatapnya lembut dan saat itu aku merasa bahwa aku ingin menikmati tubuhnya. Aku pun langsung memegang tangannya

”Fa, aku pengen menikmati tubuhmu” kataku.
”Jangan mas” dia menolakku.
Saat itu yang terpikir olehku adalah bagaimana menikmati tubuhnya, aku pun segera mendekap tubuhnya.
”Sudah kamu jangan melawan fa, nikmati aja” kataku.
”Jangggan maas” katanya memohon padaku.

Saat itu aku sudah tidak peduli dengan permohonannya. Aku langsung memegang kedua lengan bagian atas Iffa dengan cepat mulai membuka kancing-kancing depan baju terusan yang dikenakannya. Badan Iffa hanya bisa menggeliat-geliat.

“Jangan…, jangan lakukan itu!, stoooppp…, stoopppp”

Akan tetapi Aku tetap melanjutkan aksiku. Sebentar saja baju bagian depan Iffa telah terbuka, sehingga kelihatan teteknya yang kecil mungil ditutupi dengan BH yang berwarna putih bergerak naik turun mengikuti irama nafasnya. Perutnya yang rata terlihat sangat mulus dan merangsang. Tangan kananku bergerak ke belakang badan Iffa dan membuka pengait BH Iffa. Kemudian Aku menarik ke atas BH Iffa hingga sekarang terpampang kedua tetek Iffa yang kecil mungil sangat mulus dengan putingnya yang coklat muda. Teteknya naik turun dengan cepat karena nafas Iffa yang tidak teratur.

“Oooohh…, ooohh…, jaanggaannn…, jaannnggaann!”.

Aku mulai mencium belakang telinga Iffa , lidahku bermain-main di dalam kuping Iffa. Hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli, yang menyebabkan badan Iffa menggeliat-geliat dan tak terasa Iffa mulai terangsang juga oleh permainanku ini. Aku sengaja tidak melepas jilbabnya, karena aku ingin melihatnya telanjang dengan jilbab yang masih terpakai di kepalanya

Mulutku berpindah melumat bibirnya dengan ganas, badan Iffa yang tadinya tegang mulai agak melemas. Kepala Iffa tertengadah ke atas dan badan bagian atasnya yang terlanjang melengkung ke depan, ke arahku. Teteknya yang kecil mungil tapi bulat kencang itu, seakan-akan menantangku.

Aku langsung bereaksi, tangan kananku memegangi bagian bawah tetek Iffa, mulutnya kuciumi dan kuhiisap-hisap kedua putingnya secara bergantian. Mulanya tetek Iffa yang sebelah kanan menjadi sasaran mulutku. Tetek Iffa yang kecil mungil itu hampir masuk semuanya ke dalam mulutku. Aku mulai menghisap-hisapnya dengan lahap. Terasa sesak napas Iffa menerima permainanku yang lihai itu. Badan Iffa terasa makin lemas dan dari mulutnya terus terdengar erangan,

“Sssshh…, ssssshh…, aahh…, aahh…, ssshh…, sssshh…, jangaann…, diiteeruussiinn”.

Mulutku terus berpindah-pindah dari tetek yang kiri, ke yang kanan, menghisap dan mejilat kedua puting tetek Iffa secara bergantian selama kurang lebih lima menit. Badannya benar-benar telah lemas menerima perlakuanku ini. Aku melihat matanya terpejam pasrah dan kedua putingnya telah benar-benar mengeras. Dalam keadaan terlena itu tiba-tiba badan Iffa tersentak, karena dia merasakan tanganku mulai mengelus-elus pahanya yang terbuka karena rok panjangnya telah terangkat sampai pangkal pahanya. Iffa mencoba menggeliat, badan dan kedua kakinya digerak-gerakkan untuk mencoba menghindari tanganku yang beroperasi di pahanya. Akan tetapi karena badan dan kedua tangannya terkunci olehku, maka dia tidak bisa berbuat apa-apa, yang hanya dapat dilakukan oleh Iffa adalah hanya mengerang.

“Jaanngaannnn…, jaannngggannn…, diitteeerruusiin” suaranya terdengar semakin lemah saja.

Melihat kondisi Iffa seperti itu, Aku yang telah berpengalaman, yakin bahwa gadis ayu ini telah berada dalam genggamanku. Aktivitas tanganku makin kutingkatkan. Aku terus bermain-main di paha Iffa yang mulus itu dan secara perlahan-lahan merambat ke atas hingga jariku menyentuh bibir memeknya.

Segera badan Iffa tersentak dan menjerit “Aahh…, jaannggaan!”.

Mula-mula hanya ujung jari telunjukku yang mengelus-elus bibir memek Iffa yang tertutup celana dalam. Akan tetapi, tak lama kemudian tangan kananku menarik celana dalam Iffa dan memaksanya lepas dari pantatnya hingga meluncur ke antara kedua kaki Iffa. Iffa tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghindari perbuatanku ini. Sekarang Iffa dalam posisi duduk di atas meja dengan tidak memakai celana dalam, kedua teteknya terbuka karena BH-nya telah terangkat ke atas. Muka Iffa yang ayu terlihat merah merona dengan matanya yang terpejam sayu, sedangkan giginya terlihat menggigit bibir bawahnya yang bergetar. Tanpa menyia-nyiakan waktu yang ada, Aku, dengan tetap mengunci kedua tangan Iffa, mulai membuka kancing dan retsliting celanaku. Setelah itu aku melepaskan celana yang kukenakan sekaligus celana dalamku. Pada saat celana dalamku terlepas, kontolku yang telah tegang sejak tadi itu seakan-akan terlonjak bebas mengangguk-angguk dengan perkasa. Aku merenggangkan badannya hingga terlihat oleh Iffa kontolku yang sedang mengangguk-angguk itu. Badan Iffa tiba-tiba menjadi tegang dan mukanya menjadi pucat. Kedua matanya terbelalak melihat benda yang terletak diantara kedua pahaku.

Dari mulutnya aku mendengar jeritan tertahan, “Iiihh”, disertai badannya yang merinding.
Aku menatap muka Iffa yang sedang terpesona dengan mata terbelalak dan mulut setengah terbuka itu,
“Kau Cantik sekali Iffa…”, gumamku mengagumi kecantikan Iffa.

Kemudian dengan lembut Aku menarik tubuh Iffa yang lembut itu, sampai terduduk di pinggir meja. Sekarang Aku berdiri menghadap langsung ke arah Iffa. Sambil memegang kedua paha Iffa dan merentangkannya lebar-lebar, Aku membenamkan kepalaku di antara kedua pahanya. Mulut dan lidahku menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar memek Iffa yang yang masih rapat, tertutup rambut halus itu.

Iffa hanya bisa memejamkan mata dan berteriak “Ooohh…, nikmatnya…, ooohh!”, sampai-sampai tubuhnya bergerak menggelinjang-gelinjang kegelian.
“Ooooohh…, hhmm!”, terdengar rintihan halus, memelas keluar dari mulutnya.
“Mass…, aku tak tahan lagi…!”, Iffa memelas sambil menggigit bibir.

Tanganku yang melingkari kedua pantat Iffa, kini kujulurkan ke atas, menjalar melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua tetek Iffa dengan sangat bernafsu. Menghadapi serangan bertubi-tubi yang kulancarkan, Iffa benar-benar sangat kewalahan hingga memeknya telah sangat basah kuyup.

“Maasss…, aakkhh…, aakkkhh!”, Iffa mengerang halus, kedua pahanya yang jenjang mulus menjepit kepalaku untuk melampiaskan derita birahi yang menyerangnya.

Dijambaknya rambutku keras-keras. Aku melepaskan diri, kemudian bangkit berdiri di depan Iffa yang masih terduduk di tepi meja. Kutarik Iffa dari atas meja dan kemudian aku gantian bersandar pada tepi meja. Kedua tanganku menekan bahu Iffa ke bawah, sehingga sekarang posisi Iffa berjongkok di antara kedua kakiku dan kepalanya tepat sejajar dengan bagian bawah perutlu. Iffa sudah tahu apa yang kuinginkan, namun tanpa sempat berpikir lagi, tanganku telah meraih belakang kepala Iffa dan kubawa mendekati kontolku. Tanpa mendapat perlawanan yang berarti dari Iffa, kepala kontolku telah terjepit di antara kedua bibir mungil Iffa. Dengan terpaksa ia mencoba mengulum kontolku di dalam mulutnya. Ku lihat Iffa bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan kontolku keluar masuk dalam mulutnya. Rasanya sangat seksi melihat gadis yang sudah telanjang tapi masih memakai jilbab sedang menyedot sebantang kontol. Beberapa saat kemudian Aku melepaskan diri, badannya yang ringan itu kubaringkan di atas meja dengan pantat di tepi meja. Aku mulai berusaha memasuki tubuh Iffa. Tangan kananku menggenggam kontolku dan kugesek-gesekkan pada klitoris dan bibir memek Iffa. Iffa merintih-rintih kenikmatan hingga badannya tersentak-sentak. Aku terus berusaha menekan kontolku ke dalam memek Iffa yang memang sudah sangat basah itu.

Pelahan-lahan kepala kontolku menerobos masuk membelah bibir memek Iffa. Dengan kasar dan tiba-tiba aku menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Iffa.

Dengan tak kuasa menahan diri, dari mulut Iffa terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh”, disertai badannya yang tertekuk ke atas, kedua tangan Iffa mencengkeram pinggangku dengan kuat.

Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat. Iffa berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan kontolku pada memeknya. Giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja. Iffa mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub.

Iffa berusaha bernafas dan …:” “Mass…, aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara aku tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.

Iffa sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku. Gesekan demi gesekan diterima dinding lubang memeknya. Setiap kali aku menarik dan menekan kontolku klitoris Iffa terjepit pada batang kontolku dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek oleh batang kontolku yang berurat itu. Hal ini menimbulkan perasaan geli yang dahsyat, hingga mengakibatkan seluruh badan Iffa menggeliat dan terlonjak. Badannya sampai tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

Aku tersebut terus menyetubuhi Iffa dengan cara itu. Sementara tanganku yang lain terus bermain-main dengan kedua tetek Iffa secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, pantat dan kakinya mati rasa. Ia berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar pantatnya dan menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.

Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, “Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”.

Gadis ayu itu melengkungkan punggungnya, kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang. Iffa menekuk ibu jari kakinya dan membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya menggeliat, menjerit serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya. Orgasme itu diikuti dengan kekosongan yang melanda dirinya. Seluruh tubuhnya lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Iffa terkulai lemas tak berdaya di atas meja, kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar. Kontolku masih terjepit di dalam lubang memeknya.

Orgasme yang dialami Iffa memberikanku kenikmatan yang hebat, kontolku yang masih terbenam dan terjepit di dalam lubang memek Iffa merasakan suatu sensasi luar biasa. Kontolku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruh bagian kontolku. Perasaanku seakan-akan menggila melihat Iffa yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapanku dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir memek yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang kontolku.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Iffa yang telah lemas itu. Sekarang Iffa setengah berdiri tertelungkup di meja dengan kaki terjurai ke lantai. Posisi pantatnya menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua tetek Iffa yang kini menggantung ke bawah. Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosokkan kepala kontolku yang telah licin oleh lendir yang keluar dari dalam memek Iffa. Aku menempatkan kepala kontolku pada bibir memek Iffa dari belakang.

Dengan sedikit dorongan, kontolku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir memek Iffa. Kedua tanganku memegang pinggul Iffa dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Iffa tidak sejajar dengan meja lagi. Kedua tangannya bertumpu pada meja. Kedua kaki Iffa dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Iffa ke arahku, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan.

“Oooooooh!”, keluhan panjang yang keluar dari mulut Iffa kala kontolku menerobos masuk ke dalam lubang memeknya.

Aku terus menekan pantatnya hingga perutku menempel ketat pada pantat Iffa yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mendesis-desis keenakan merasakan kontolku yang terjepit dan tergesek-gesek dalam lubang memek Iffa yang ketat itu. Aku merubah posisi permainan, dengan duduk di kursi yang tidak berlengan dan Iffa kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan kontolku pada bibir memek Iffa dan mendorongnya hingga kontolku masuk terjepit diantara memek Iffa. Tangan kiriku memeluk pinggul Iffa dan menariknya merapat pada badanku, secara perlahan-lahan tapi pasti kontolku menerobos masuk ke dalam memek Iffa. Tangan kananku memeluk punggung Iffa dan menekannya rapat-rapat. Kini badan Iffa melekat pada badanku. Kepala Iffa tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya. Dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Iffa yang agak basah terbuka itu. Iffa mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar. Kontolku seakan mengaduk-aduk dalam memeknya sampai terasa di perutnya. Tak berselang kemudian, Iffa merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya.

“Terus…, terus…, “, Iffa tak peduli lagi dengan gerakannya yang brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu.

Ketika klimaks itu datang Iffa tak peduli lagi, “Aaduuuh…, eeeehm”, Iffa memekik lirih sambil menjambak rambutku dan memelukku dengan kencang.

Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku. Kemudian kembaliku gendong dan kuletakkan Iffa di atas meja. Pantat Iffa terletak pada tepi meja dan kedua kakinya terjulur ke lantai. Aku mengambil posisi diantara kedua paha Iffa yang kutarik mengangkang. Tangan kananku menuntun kontolku ke dalam lubang memek Iffa yang telah siap di depanku. Aku mendorong kontolku masuk ke dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya hingga tubuh Iffa terkapar lemas di atas meja.

Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan kontolku. Iffa benar-benar telah KO dan tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu. Kedua tangannya mencengkeram tepi meja untuk menjaga keseimbangannya. Aku sekarang merasakan suatu dorongan keras seakan-akan mendesak dari dalam kontolku.

Aku mengeram panjang dengan suara tertahan, “Agh…, terus”, pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu.

Dengan suatu lenguhan panjang, “Sssh…, ooooh!”, sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maniku ke dalam memek Iffa.

Kurang lebih lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut. Seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Pada saat yang bersamaan Iffa yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan semprotan hangat air maniku yang menyiram ke seluruh rongga memeknya. Aku melihatnya lemas dengan jilbab yang sudah tidak karuan bentuknya lagi. Aku berkata, supaya lain kali dia pasrah saja dan tidak perlu melawan, aku melihatnya mengangguk sedih sambil menangis. Dalam hati aku berkata, maafkan aku Fa yang telah merenggut keperawananmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar